Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ke Museum Ku 'Kan Kembali

Kompas.com - 04/07/2015, 15:18 WIB
Oleh NELI TRIANA

Masa libur sekolah masih panjang. Anak-anak jengah di rumah, mal pun mulai membosankan. Untungnya di Jakarta masih banyak tempat menarik yang layak dikunjungi. Museum, misalnya, bisa menjadi alternatif untuk melewatkan waktu luang di akhir pekan atau cuti pendek tengah minggu bersama keluarga.

Museum di Jakarta yang masuk daftar teratas untuk dikunjungi tentu saja Museum Nasional atau yang biasa disebut Museum Gajah. Siapa pun bakal merasa nyaman di sini. Kompleks museum luas dilengkapi parkir bawah tanah. Banyak tempat lapang yang membuat anak-anak bebas berlarian sekaligus bisa mengenali benda-benda seni atau cagar budaya di sekitarnya.

Seusai membeli tiket seharga Rp 5.000 per satu orang dewasa atau Rp 2.000 untuk anak-anak, pengunjung bisa memilih langsung ke Taman Arkeologi atau ke ruang-ruang pamer di sekitarnya. Di Taman Arkeologi terhampar rumput hijau dikelilingi teras/koridor. Artefak batu dan batu bata, seperti patung dan prasasti ditampilkan di sepanjang koridor dan di tengah taman.

Masih begitu banyak koleksi museum ini yang membuat sadar betapa kayanya Indonesia. Di Ruang Etnografi dan Rumah Adat, Rabu (1/7), misalnya, beberapa turis asing termangu melihat perahu sepanjang lebih dari 2 meter asal Papua yang dibuat dari kayu utuh.

Selalu muncul tanya dari para pengunjung, khususnya anak-anak, saat melihat arca batu, alat-alat musik dari berbagai penjuru Nusantara, hingga koleksi tengkorak manusia purba dan tinggalan prasejarah seperti kapak batu.

Mewadahi minat si kecil, Museum Nasional kini dilengkapi fasilitas Kids Corner. Di fasilitas ini, ada lima ruang untuk mewarnai dan menggambar, ruang alat musik tradisional, ruang permainan tradisional, ruang membatik, serta ruang lukis.

Terlalu penuh

Begitu banyak koleksi ditampilkan di Museum Nasional. Sehari tidak akan cukup waktu untuk mencermati lebih dari 141.000 koleksinya. Kondisi itu, di satu sisi, memberikan peluang bagi pengunjung untuk selalu datang kembali ke museum.

Namun, koleksi yang tumpah ruah berjejalan, seperti tampak di Taman Arkeologi, terkesan mengerdilkan arti penting benda-benda bersejarah.

Tak pelak, angan pun melayang membandingkan dengan pengelolaan museum di luar negeri. Di Singapura, misalnya, tidak akan ditemukan museum dengan koleksi sekaya Museum Nasional. Akan tetapi, mereka mampu mengemas keterbatasan itu menjadi hal yang amat memukau.

Cobalah ke Fort Canning, di jantung Kota Singapura, tepatnya di Museum Pinacotheque de Paris, cabang dari museum yang sama di Paris, Perancis. Marc Restellini (51), pemilik sekaligus pengelola Pinacotheque, dalam pembukaan museum itu 29 Mei lalu di Singapura, mengatakan, kekuatan koleksi yang ditampilkan berada pada cerita di baliknya.

Marc memberikan ruang dan kesempatan bagi pengunjung untuk menikmati setiap koleksi kemudian melihat kemiripan satu sama lain. Guratan wajah pada pahatan kayu asal Nias, misalnya, ternyata serupa dengan wajah dari sebuah lukisan karya seniman Eropa. Ini menunjukkan sebuah budaya bisa jadi saling memengaruhi lintas genre, lintas waktu, dan ruang serta telah berlangsung lama.

"Setiap koleksi diperlakukan istimewa. Pencahayaan dan perawatan sehari-hari amat diperhatikan. Cerita-cerita di baliknya terus digali. Untuk itu, museum butuh kurator-kurator hebat yang tahu pasti segala sesuatu tentang setiap koleksinya," kata Marc.

Bruce W Carpenter (62), salah satu kurator yang bekerja bersama Marc, jatuh cinta pada kebudayaan Indonesia. Bruce yang mendalami sejarah, filosofi, dan agama oriental itu mengenal Indonesia sejak tahun 1970-an. Ia menulis lebih 20 buku terkait budaya, seni, dan seniman Indonesia, baik karya sendiri maupun bersama beberapa penulis/peneliti lain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com