Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terang-terangan Tolak Go-Jek dan GrabBike...

Kompas.com - 06/07/2015, 13:23 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Kehadiran ojek dengan aplikasi mobile, seperti Go-Jek dan GrabBike, membuat para tukang ojek konvensional merasa terancam. Akibatnya, mereka pun membuat larangan kepada pengendara Go-Jek dan GrabBike untuk masuk ke kawasan operasionalnya.

Tukang ojek di beberapa kawasan bahkan secara terang-terangan membuat tulisan untuk melarang pengendara Go-Jek masuk ke kawasan mereka. Hal ini misalnya terlihat di pangkalan ojek kawasan Kalibata City. Di sana terdapat papan peringatan agar Go-Jek atau GrabBike tidak memasuki wilayah tersebut.

Hal ini diakui oleh Wawan (40), salah satu tukang ojek konvensional di kawasan Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Menurut dia, keberadaan pengendara Go-Jek dan GrabBike di kawasannya akan memengaruhi pendapatannya.

Meskipun tidak memasang tulisan larangan di sekitar pangkalan ojeknya, ia dan kawan-kawannya menolak keberadaan Go-Jek dan GrabBike.

Ia mengaku merasa kesal ketika pengendara Go-Jek atau GrabBike melintas di kawasan operasionalnya.

"Kita yang biasa mangkal di sini, dia (pengendara Go-Jek atau GrabBike) seenaknya datang, padahal bukan biasa beroperasi di sini. Kan penumpang bisa pakai kita saja. Kita juga bisa kok nyamperin ke rumah penumpang, kalau mau," ujar dia.

Tukang ojek lainnya, Agus (34), mengatakan, Go-Jek dan GrabBike seharusnya memiliki tempat mangkal sendiri. Bila berdekatan dengan pangkalan ojek konvensional, maka mereka bisa mengganggu operasionalisasi tukang ojek yang terbiasa mangkal di tempat tersebut.

"Kalau kita, memang harus antre pas ada penumpang. Kalau Go-Jek atau GrabBike itu kan tiap ada pesanan langsung bisa berangkat. Rugi dong kalau dia mangkal di sini juga," ungkapnya.

Bukan hanya di Kalibata City dan Petukangan, beberapa waktu lalu, pengemudi Go-Jek di kawasan kampus UI juga sempat dicegat oleh tukang ojek konvensional.

Sementara itu, Savanti (24), pengguna Go-Jek, mengaku pernah ketakutan saat beberapa tukang ojek di pangkalan meneriaki pengendara Go-Jek yang ia tumpangi. Namun, pengendara Go-Jek tidak menggubrisnya dan tetap berjalan.

"Sempat diteriakin gitu beramai-ramai oleh tukang ojek pangkalan. 'Wooo... Go-Jek!' kayak mau ngajak berantem begitu. Saya takutlah, untung driver Go-Jek jalan terus, enggak terpancing," kata karyawan swasta di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, ini.

Alhasil, Savanti pun tidak pernah memesan Go-Jek di kawasan yang terlihat oleh tukang ojek pangkalan. Sebab, ia mengkhawatirkan terjadinya cekcok di antara mereka.

"Saya jadinya pesan agak jauh dari rumah dan pangkalan ojek. Kasihan juga driver Go-Jek-nya," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com