Menurut Kosasih, terbatasnya pasokan gas dan jumlah SPBG membuat bus-bus transjakarta membuang waktu yang cukup lama hanya untuk mengisi bahan bakar.
"Karena jumlah SPBG-nya masih sedikit, bus-busnya ngisi BBG cuma di situ-situ aja. Akibatnya setiap ngisi harus ngantre lama," ujar Kosasih dalam diskusi "Save Transjakarta Busway", di Jakarta, Kamis (9/7/2015).
Kosasih berpendapat terlalu lamanya bus transjakarta mengantre di SPBG kemudian membuat masyarakat menaruh curiga pada sopir-sopir transjakarta. Menurut Kosasih, ia kerap menerima keluhan dari warga yang menuding sopir-sopir transjakarta malas karena kerap ditemukan sedang duduk di SPBG.
"Karena ngantrenya panjang dan nunggu lama, mesin busnya harus dimatiin supaya gasnya enggak makin habis. Karena mesinnya dimatiin, sopirnya keluar dulu dari bus. Ini yang kemudian difoto terus jadi berita dituduh nongkrong-nongkrong," ujar Kosasih.
Data dari Dinas Perindustrian DKI Jakarta per Oktober 2014 menyebutkan jumlah SPBG di Jakarta masih jauh dari jumlah ideal untuk memenuhi kebutuhan transjakarta dan angkutan umum lainnya. Jumlah SPBG yang telah beroperasi di Jakarta baru tujuh unit, dari jumlah ideal 50 unit.
Untuk mempercepat penyediaan SPBG, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah memberikan suntikan modal melalui penyertaan modal pemerintah (PMP) sebesar Rp 610 miliar kepada Jakpro untuk membangun 50 SPBG di lima wilayah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.