Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Mana Warga Permukiman Kumuh Menikmati Fasilitas Listrik?

Kompas.com - 25/07/2015, 12:20 WIB
Tangguh Sipria Riang

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Dua kabel hitam menjulur keluar dari salah satu lampu jalan tol Prof Sedyatmo, Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara, saat pembongkaran 100 bangunan liar yang berada di bawah kolongnya, Kamis (23/7/2015) lalu. Kabel-kabel tersebut tersambung ke sejumlah rumah semi permanen yang saat ini telah rata dengan tanah.

Kabel-kabel itu menyambung dengan steker (colokan) ke masing-masing rumah warga, tanpa meteran listrik. "Mana ada pakai meteran Listrik, Mas. Ini nyambungnya langsung ke colokan," ungkap Agus, salah satu penghuni kolong tol.

Pemakaian listrik tersebut menyesuaikan dengan masa aktif lampu jalan tol. Artinya, Listrik akan menyala sejak pukul 18.00-06.00 WIB. Namun, itu pun juga dibatasi untuk penggunaan lampu dan satu unit televisi.

"Emang enggak bisa banyak juga pakainya. Paling buat lampu dan TV aja," ucap lelaki tamatan SD tersebut.

Meski tak ada meteran, warga lainnya, Nisa (28), mengaku tetap harus membayar iuran bulanan. Namun, berhubung penggunaan listrik yang tidak terlalu banyak, hanya dikenakan Rp 30.000 - 50.000.

"Tergantung kebutuhan, Mas. Kan tiap rumah beda-beda. Kalau saya paling Rp 30.000. Tapi, tetangganya saya ada juga yang bayar Rp 40.000 - 50.0000," ujarnya.

Menurut ibu dua anak tersebut, Setiap bulan dirinya akan membayar ke salah satu warga yang mengkoordinir iuran listrik tersebut. Jika sudah terkumpul, akan dibayarkan ke salah satu petugas yang mengaku dari PLN.

"Ada kok petugas PLN yang nagih listrik tiap bulan. Tapi, tidak datang ke warga satu-satu, soalnya ada yang tegasnya ngumpulin uangnya," ucap Nisa.

Permukiman paling ujung dari seluruh hunian ilegal sepanjang 2 kilometer di daerah Pejagalan tersebut, diakui warganya sebagai lokasi pindah alternatif. Bahkan, ada juga warga yang mengaku hanya sebagai tempat transit sebelumnya menemukan hunian baru.

"Ada juga yang cuma transit. Jadi, rumahnya cuma disekat aja. Enggak pake listrik. Nanti, kalau nemu yang baru, pindah lagi," ujar Naisya (50) yang baru tujuh bulan tinggal di sana.

Naisya mengaku sebagai salah satu korban gusuran kolong Tol Kali Adem, tak jauh dari lokasi tempatnya sekarang. Menurut dia, pengungsi dari gusuran hunian liar tempat lain bukan hanya dirinya.

"Banyak, Mas. Ini aja abis di gusur paling cari tempat baru. Nanti, digusur lagi? Ya pindah lagi," ujarnya.

Bangunan semi permanen sepanjang 800 meter yang juga berada di samping embung Kali Angke itu dianggap menyalahi aturan. Bangunan tersebut berdiri di lahan milik Jasa Marga yang berada di bawah naungan Kementrian PU dan Pera RI.

Camat Penjaringan Yani Wahyu Purwoko menyebutkan jika permukiman yang dihuni120 KK itu dibangun tanpa izin dan menyalahi Perda DKI Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum.

"Bangunan liar di sana memanggil melanggar aturan. Selain itu, mereka juga menggunakan sambungan listrik ilegal," ucap Yani.

Keberadaan listrik ilegal, kata Yani, berimbas pada potensi kebakaran di kawasan tersebut. Ketika kebakaran terjadi, dapat berimbas pada konstruksi jalan tol yang ikut terbakar.

"Kalau sudah kebakaran, nanti imbasnya imbasnya dapat merusak struktur tol. Sepertinya yang terjadi daerah Kali Adem sebelumnya," ujarnya.

Menurut dia, pembongkaran di lokasi itu merupakan salah satu titik dari berbagai lokasi hunian liar yang ada di Kecamatan Penjaringan, yakni Kali Adem, Kali Karang, Kali Air Baja, Kali Krendang, Kali Tubagus Angke, Kali Pakin, Kali Duri, Kali Asin,belakang Pos Pol Intan, dan sekitar Rusunawa Tanah Pasir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Megapolitan
Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com