Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Anak-anak Belajar Toleransi Beragama

Kompas.com - 12/08/2015, 15:55 WIB
Aldo Fenalosa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Belasan anak usia SMP tampak penasaran dengan ritual keagamaan di kuil Sikh, Pasar Baru Timur, Jakarta Pusat, Rabu (12/8/2015). Kedatangan mereka bertepatan dengan waktu ibadah kaum Sikh pada pagi hari.

Saat itu seorang imam Sikh sedang memimpin ibadah dengan berdoa menggunakan bahasa Sansekerta. "Tadi habis sembahyang, kita ibadah setiap hari, pagi dan sore hari. Pagi kita berdoa memuji Tuhan, sore hari kita beribadah berdoa menyampaikan syukur atas keseharian yang telah dilalui," terang ketua pengawas kuil Sikh, Gulraj Singh, pada anak-anak itu seusai ibadah.

Anak-anak tersebut merupakan peserta kegiatan SabangMerauke. Kegiatan SabangMerauke digagas oleh Yayasan Seribu Anak Bangsa yang bertujuan menanamkan toleransi sejak usia dini. Ada 15 orang anak dari berbagai daerah di Indonesia yang dikumpulkan yayasan tersebut untuk mengikuti kegiatan SabangMerauke.

Mulai Rabu (12/8/2015) ini, mereka diajak berkeliling ke tiga tempat ibadah yang ada di Jakarta. Salah satunya adalah tempat ibadah Kuil Sikh. Di kuil itu, banyak pertanyaan dilontarkan oleh anak-anak yang masih berusia belasan tahun pada Gulraj Singh. Pasalnya, kebanyakan dari anak-anak ini sebelumnya tak pernah mengenal agama Sikh beserta kuilnya. Pertanyaan-pertanyaan mereka pun menggali sisi historis ajaran Sikh.

"Saya senang banyak anak-anak yang bertanya mengenai Sikh. Sebab bila tidak mengetahui satu sama lain, toleransi satu sama lain itu tidak akan muncul," kata Gulraj.

Hal senada diutarakan oleh Rindah, pendamping anak-anak tersebut. Menurutnya, salah satu anak non muslim yang bernama Nico dari Kalimantan awalnya mengangap orang Sslam bersifat keras. Sebab orang-orang muslim dekat kampungnya kerap bersikap keras.

"Ia kira semua orang Islam itu keras, sering teriak-teriak. Dia memang tidak terlalu kenal dengan orang-orang Muslim lebih jauh. Persepsinya hanya sebatas yang pernah dia lihat karena di kampung mereka tidak berbaur satu sama lain," kata Rindah.

Namun, begitu di Jakarta, Nico malah kaget dengan teman-teman Muslim yang ditemuinya tidak seperti orang-orang di kampung. Bahkan Nico berteman dekat dengan salah seorang di antaranya.

Tak hanya mengunjungi kuil Sikh, mereka tersebut juga berkunjung ke Gereja Katedral serta Masjid Istiqlal. Di dua tempat ibadah bersejarah itu, anak-anak tersebut belajar toleran pada orang-orang berbeda agama yang sedang beribadah.

Daniel, salah satu peserta lain yang juga dari Kalimantan mengungkapkan ia menjadi tahu setiap agama dan tempat ibadah memiliki aturan yang harus dihormati. "Saya belajar bagaimana menghargai agama, dan saya baru tahu mengapa umat Islam itu beribadah menghadap kiblat. Saya belajar toleransi itu harus dilakukan agar kita tidak bermusuhan," kata Daniel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com