Anak-anak tersebut merupakan peserta kegiatan SabangMerauke. Kegiatan SabangMerauke digagas oleh Yayasan Seribu Anak Bangsa yang bertujuan menanamkan toleransi sejak usia dini. Ada 15 orang anak dari berbagai daerah di Indonesia yang dikumpulkan yayasan tersebut untuk mengikuti kegiatan SabangMerauke.
Mulai Rabu (12/8/2015) ini, mereka diajak berkeliling ke tiga tempat ibadah yang ada di Jakarta. Salah satunya adalah tempat ibadah Kuil Sikh. Di kuil itu, banyak pertanyaan dilontarkan oleh anak-anak yang masih berusia belasan tahun pada Gulraj Singh. Pasalnya, kebanyakan dari anak-anak ini sebelumnya tak pernah mengenal agama Sikh beserta kuilnya. Pertanyaan-pertanyaan mereka pun menggali sisi historis ajaran Sikh.
"Saya senang banyak anak-anak yang bertanya mengenai Sikh. Sebab bila tidak mengetahui satu sama lain, toleransi satu sama lain itu tidak akan muncul," kata Gulraj.
Hal senada diutarakan oleh Rindah, pendamping anak-anak tersebut. Menurutnya, salah satu anak non muslim yang bernama Nico dari Kalimantan awalnya mengangap orang Sslam bersifat keras. Sebab orang-orang muslim dekat kampungnya kerap bersikap keras.
"Ia kira semua orang Islam itu keras, sering teriak-teriak. Dia memang tidak terlalu kenal dengan orang-orang Muslim lebih jauh. Persepsinya hanya sebatas yang pernah dia lihat karena di kampung mereka tidak berbaur satu sama lain," kata Rindah.
Namun, begitu di Jakarta, Nico malah kaget dengan teman-teman Muslim yang ditemuinya tidak seperti orang-orang di kampung. Bahkan Nico berteman dekat dengan salah seorang di antaranya.
Tak hanya mengunjungi kuil Sikh, mereka tersebut juga berkunjung ke Gereja Katedral serta Masjid Istiqlal. Di dua tempat ibadah bersejarah itu, anak-anak tersebut belajar toleran pada orang-orang berbeda agama yang sedang beribadah.
Daniel, salah satu peserta lain yang juga dari Kalimantan mengungkapkan ia menjadi tahu setiap agama dan tempat ibadah memiliki aturan yang harus dihormati. "Saya belajar bagaimana menghargai agama, dan saya baru tahu mengapa umat Islam itu beribadah menghadap kiblat. Saya belajar toleransi itu harus dilakukan agar kita tidak bermusuhan," kata Daniel.