Belum lagi gambaran pembongkaran yang ricuh. "Kita seperti diajarkan kekejaman oleh Ahok dengan melihat pembongkaran itu," ujar Maulana di Kampung Pulo, Selasa (25/8/2015).
Maulana mengaku kecewa dianggap sebagai warga liar oleh Gubernur DKI Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama. Seharusnya, kata dia, pemerintah selalu menjaga warga yang merupakan "anak-anak" mereka.
Maulana mengaku tidak akan lupa betapa banyaknya pasukan pengamanan yang dikerahkan Pemerintah Provinsi DKI hanya untuk melawan warga.
"Padahal, kita ini siapa sih? Warganya sendiri. Tetapi, penjagaannya seperti mau berhadapan dengan teroris saja," ujar Maulana.
Menurut Maulana, keinginan warga sesungguhnya sederhana. Mereka hanya meminta ganti rugi dari pemerintah atas bangunan rumah yang telah mereka bangun dengan susah payah.
Maulana ingat, saat pengukuran dilakukan, pegawai DKI meminta kepada Maulana untuk tenang saja.
Sebab, semua yang diukur akan diganti tanpa terkecuali dan sesuai dengan luas tanah yang dimiliki. Akan tetapi, kenyataannya tidak sepeser pun yang dia terima dari pemerintah. Rumahnya hancur, rata dengan tanah.
Begitu pun dengan rumah tetangga yang setiap hari hidup berdampingan dengannya. Saat ini, Maulana mengaku sudah berhenti bermimpi bahwa Ahok (sapaan Basuki) bisa melihat, mendengar, dan merasakan duka yang dialami Maulana.
"Kita sudah hancur begini, dia tetap tutup mata. Adanya malah mengucapkan hal-hal yang tambah menyakiti hati kita saja," ujar Maulana.
"Waktu belum digusur, kita sering ikut rapat sampai tengah malam. Tetapi, hasilnya digusur juga," ucap Maulana pasrah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.