Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musim Kemarau dan Ancaman Kebakaran di Perkotaan

Kompas.com - 08/09/2015, 22:51 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Belum lama ini, khususnya di wilayah Jakarta Barat, telah terjadi dua kebakaran yang cukup besar, yaitu kebakaran di pul bus PT Trans Batavia, Rawa Buaya, Selasa (1/9/2015), dan di gardu induk PLN, Kembangan, Rabu (2/9/2015). 

Dua kebakaran besar itu belum termasuk beberapa kebakaran dalam skala kecil yang juga terjadi sejak awal bulan September hingga hari ini. 

Data Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Jakarta Barat mencatat, sudah ada tujuh peristiwa kebakaran hingga Selasa (8/9/2015). 

Hal yang memicu naiknya frekuensi kebakaran itu adalah musim kemarau yang panjang. Efek dari cuaca, tanpa sadar, telah menjadi penyebab utama dari kebakaran yang marak terjadi. 

"Musim panas ini memang frekuensi kebakaran naik, dari alang-alang atau sampah organik seperti daun yang menumpuk itu saja, kalau dibiarkan, bisa terjadi kebakaran," kata Kepala Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Jakarta Barat Pardjoko. 

Pardjoko mengambil contoh kasus alang-alang dan sampah daun serta jenis sampah organik lainnya bisa memicu terjadinya kebakaran seperti kejadian di pul bus PT Trans Batavia. 

Meski hasil penyelidikan Puslabfor Polri tentang penyebab kebakaran belum keluar, Pardjoko tidak percaya sumber api berasal dari bus yang terbakar. 

Dia lebih melihat lokasi pul bus yang berbatasan langsung dengan lapangan terbuka dan cukup banyak alang-alang di sana. 

"Sampah organik itu sendiri bisa terbakar dengan sendirinya. Ada proses oksidasi dan pengomposan, ada pembusukan. Bisa menyala dengan sendirinya," ujar Pardjoko. 

Jika tanaman dan sampah organik saja bisa terbakar akibat hawa panas, kebiasaan-kebiasaan kecil lainnya yang sering tidak disadari oleh masyarakat juga bisa memicu kebakaran besar. 

Kebiasaan itu adalah membakar sampah dan membuang puntung rokok yang masih menyala di sembarang tempat. 

Terlepas dari faktor alam dan kebiasaan masyarakat, hal lain yang bisa memicu kebakaran adalah usia kabel listrik yang sudah tua. 

Pardjoko mengaku beberapa kali menemukan kasus kebakaran yang disebabkan percikan api dari kabel milik PLN yang sudah tidak layak pakai. 

Di beberapa tempat, kabel yang tersambung ke tiang listrik juga dinilai terlalu menumpuk dan tidak beraturan. Meski demikian, Pardjoko menuturkan tidak ada kendala berarti selama proses pemadaman kebakaran yang terjadi belakangan ini. 

Hanya, karena musim kemarau, proses pencarian air untuk pemadaman akan lebih sulit ketimbang musim hujan. "Air agak sulit. Sesulit-sulitnya, mobil masih banyak. Air juga harus ditransfer dari tempat lain," tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com