Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pemimpin Tegas Beda dengan Pemimpin yang Kerjanya Marah-marah"

Kompas.com - 20/09/2015, 17:45 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Rektor Universitas Paramadina Yuddy Latif menjadi salah satu tokoh yang mendukung majunya Adhyaksa Dault sebagai bakal calon gubernur untuk Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017. Ia turut hadir saat acara yang diberi tema "Sinergi tokoh, sinergi umat mendaulat Adhyaksa Dault sebagai calon gubernur DKI Jakarta 2017-2022", di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Minggu (20/9/2015).

Dalam kesempatan tersebut, Yuddy menilai saat ini Jakarta membutuhkan seorang pemimpin yang tegas dan adil. Menurut dia, sisi tegas seorang pemimpin tidak bisa diukur berdasarkan kebiasaan marah-marah. "Pemimpin yang tegas beda dengan pemimpin yang kerjanya marah-marah," ujar Yuddy.

Selain sisi tegas, Yuddy juga berbicara mengenai sisi adil. Menurut dia, seoran pemimpin yang adil adalah pemimpin yang bisa tegas tidak hanya pada orang miskin, tetapi juga orang kaya. "Kita membutuhkan pemimpin yang tidak hanya tegas pada orang miskin, tetapi juga orang kaya. Jakarta tidak boleh hanya dinikmati oleh orang-orang kaya, tetapi juga orang-orang miskin," kata Yuddy.

Pada kesempatan yang sama, anggota DPR RI dari Fraksi PAN Tjatur Sapto Edy menilai Adhyaksa sebagai seseorang yang otentik dan apa adanya. Tjatur menilai kehadiran Adhyaksa menjadi solusi dari banyaknya pemimpin hasil pencitraan yang ia nilai marak belakangan ini.

"Sekarang orang susah membedakan mana mutiara, mana permata, dan mana batu kerikil. Orang bisa jadi pemimpin dengan berbagai pencitraan. Pencitraan itu bahasa lainnya pemalsuan. Pemalsuan itu sama saja dengan penipuan. Kerikil dicat dan diberitakan seperti emas. Orang percaya dan membeli. Setelah dibeli dan dibawa pulang ke rumah, ternyata batu kerikil," papar Tjatur.

"Tapi, kalau saya lihat foto orang yang ada di sebelah saya ini sulit untuk menipu. Karena apa yang dibicarakannya semua keluar dari lubuk hati yang paling dalam," tambahnya seraya menunjuk spanduk besar bergambar Adhyaksa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Megapolitan
Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Megapolitan
Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Megapolitan
Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Megapolitan
Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Megapolitan
Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal 'Study Tour', Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal "Study Tour", Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Megapolitan
Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Megapolitan
KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

Megapolitan
Mau Bikin 'Pulau Sampah', Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Mau Bikin "Pulau Sampah", Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Megapolitan
Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Megapolitan
Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Megapolitan
4 Pelaku Sudah Ditangkap, Mobil Curian di Tajur Bogor Belum Ditemukan

4 Pelaku Sudah Ditangkap, Mobil Curian di Tajur Bogor Belum Ditemukan

Megapolitan
Ketua DTKJ Daftar Cawalkot Tangerang, Janjikan Integrasi Bus Tayo dengan KRL dan Transjakarta

Ketua DTKJ Daftar Cawalkot Tangerang, Janjikan Integrasi Bus Tayo dengan KRL dan Transjakarta

Megapolitan
Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Diserang Begal dengan Diterima Jadi Polisi

Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Diserang Begal dengan Diterima Jadi Polisi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com