"ASP trauma fisik dan psikis karena diperlakukan kasar sama temannya di sekolah. Maaf ya, kemaluannya ditendang. ASP jadi trauma tidak mau masuk sekolah," kata Jefri, Senin (19/10/2015) siang.
Menurut penuturan orangtua kepada Jefri, mereka baru tahu ada yang salah ketika ASP memperlihatkan perilaku yang tidak biasanya pada tanggal 18 September 2015 lalu. ASP jadi gelisah dan susah tidur hingga demam tinggi.
ASP pun langsung dibawa ke rumah sakit untuk dirawat. Dari pengakuannya, ASP menyebutkan sebelumnya pernah ditendang dan dipukul oleh temannya berinisial M (6).
M ini bukan teman sekelasnya, namun mereka cukup sering berinteraksi karena kegiatan belajar-mengajar banyak terjadi di luar kelas.
"Dia cerita, dia dipukul-pukulin sama temannya si M itu. Orangtua ASP langsung lapor ke sekolah, untuk cari tahu benar tidak M memukul ASP. Tetapi pihak sekolah cuma bilang, nanti akan ditindaklanjuti. Sampai sekarang, belum ada progres yang disampaikan pihak sekolah terkait hal itu," tutur Jefri.
Saat ini, kondisi ASP sudah membaik. Dia tidak lagi dirawat di rumah sakit. Namun, dokter menyatakan ASP mengalami trauma yang cukup berat sehingga harus didampingi oleh psikolog dan ahli anak.
Sebelumnya, orangtua ASP mengaku sudah berkali-kali meminta bantuan dari pihak sekolah. Tetapi, mereka belum mendapatkan penjelasan yang berarti dari sekolah.
Mereka juga merasa aduan tentang anaknya kepada pihak sekolah tidak diurus dengan serius. Atas sikap pihak sekolah yang seperti itu, orangtua ASP telah mengadukan hal tersebut kepada Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tanggal 15 Oktober 2015.
Dari hasil aduan itu, KPAI merekomendasikan agar sekolah bisa menjadi mediator antara keluarga ASP dan keluarga M.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.