Bus-bus yang secara kasat mata sudah tak laik itu, tetap saja beroprasi di jalan-jalan Ibu Kota dan tak jarang dikemudikan secara ugal-ugalan.
Untuk melihat kondisi bus yang pernah menjadi primadona di era tahun 70-an itu, Sabtu (12/12) lalu, Warta Kota mencoba naik metromini rute Ciledug-Grogol (B-92) dari putaran underpass Cileduk.
Awalnya sopir melaju pelan sampai pertigaan pojok, kemudian berbelok memasuki Jalan Joglo Raya.
Di tengah perjalanan, tepatnya di seberang pool Blue Bird, tiba-tiba sopir memacu kendaraannya karena di belakangnya ada bus dengan trayek sama mau menyusul.
Bemper belakang yang sudah copot sebelah terdengar berisik karena potongannya menempel ke jalan.
Di dalam bus, Warta Kota yang duduk di belakang sopir menyaksikan ulah pengemudi yang ugal-ugalan, tak memperhitungkan bahwa jalur yang dilaluinya sempit dan padat kendaraan.
Kondisi kursi di bus ini sudah pada copot murnya. Sementara alas mobil sudah berlubang sehingga kalau melihat ke bawah melalui lubang itu, jelas terlihat besi gardan.
"Mas, sudah nggak ada rem tangannya bus ini?" tanya Warta Kota kepada sang sopir.
"Wah sudah sejak 10 tahun lalu juga nggak pakai rem tangan," katanya enteng.
Yang mengkhawatirkan, kemudi bus itu sudah karatan dan longgar. Dashboard-nya sudah tak ada, benar-benar mengancam keselamatan penumpang.
Seorang penumpang yang setiap hari mondar-mandir menggunakan bus B-92 mengakui memilih angkutan ini karena terpaksa.
"Nggak ada pilihan lain, ya terpaksa. Kalau sudah ngebut saya suka sport jantung," ucap Yani (45), warga Mencong, Ciledug.
Ihwal minimnya keamanan bus metromini itu diakui Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Jakarta Andri Yansah, baru-baru ini.
Selain kondisi bus yang sudah tidak lain jalan, pengemudi kebanyakan tak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) B1 untuk mengemudikan angkutan umum.
Dua pekan terakhir ini, bus-bus yang tak lain jalan mulai dirazia dan dikandangkan.