Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aiptu Suhadi, Polisi yang Ditembak Pertama Kali oleh Teroris di Thamrin

Kompas.com - 20/01/2016, 17:54 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Aiptu Suhadi, anggota Subdit Gatur Ditlantas Polda Metro Jaya, merupakan polisi yang ditembak pertama kali oleh teroris di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (14/1/2016).

Saat itu, ia berada di tengah Jalan MH Thamrin, dekat dengan pos polisi.

"Saat itu, saya mengatur lalin di dekat Gedung Bawaslu setelah ada kabar pos polisi meledak," kata Suhadi di rumahnya, Cawang, Jakarta Timur, Rabu (20/1/2016).

Suhadi mengatur lalu lintas agar kendaraan dari arah Tanah Abang tidak melintas dekat dengan Pos Polisi Sarinah sebab sedang ada penanganan sterilisasi ledakan.

Tak lama, di tempat itu, Suhadi kemudian bergerak ke tengah Pos Polisi Sarinah. Di sana, ia meminta masyarakat agar bubar dan tidak mendekat.

Ketika itu, sudah banyak korban bergelimpangan di dekat Pos Polisi Sarinah.

"Terus saya juga lihat kondisi Pak Denny (polisi lalu lintas) sudah hancur," kata Suhadi.

Meski ada suara ledakan, masyarakat tak juga bubar. Hingga akhirnya, suara letusan senjata pun terdengar di belakang Suhadi.

"Saya melihat Pak Minto (polisi lalu lintas) di depan saya seperti menghindar," kata Suhadi.

Posisi Suhadi dan Minto berhadap-hadapan. Suhadi langsung melarikan diri seusai mendengar suara tembakan. Ia melarikan diri ke arah Jalan Sabang.

"Saya kira saya polisi pertama yang pertama kali ditembak. Saya lari sambil melihat ke belakang dan melihat pelakunya," kata Suhadi.

Posisi Suhadi dengan salah satu pelaku sangat dekat. Posisi itu diketahui dekat setelah ia melihat foto-foto yang beredar.

Suhadi kemudian lari sambil menggunakan helm ke arah Jalan Sabang. Saat lari, ia merasa ada yang janggal di punggungnya.

"Rasanya seperti terkena ulat bulu, panas," kata Suhadi. (Baca: "Saya Hampir Dirangkul, Terus Dia Buka Bajunya dan 'Nunjukin' Bom" )

Setelah sampai di Jalan Sabang, Suhadi langsung naik ke atas sepeda motor milik salah seorang. Ia meminta pengendara sepeda motor tersebut untuk mengantarkannya ke rumah sakit.

"Saya langsung nemplok saja. Saya bilang, 'Pak antar saya ke rumah sakit. Saya ditembak'," kata Suhadi.

Saat di perjalanan, sempat ada seseorang yang mengatakan punggung Suhadi mengeluarkan darah.

Saat itulah, Suhadi hanya berpikir positif agar peluru tersebut tidak tembus ke organ dalamnya. Ia sempat dibawa ke RSIA YPK Menteng. Namun, karena keterbatasan alat medis, ia dirujuk ke rumah sakit lain.

"Saya alami luka tembak di punggung yang menyamping. Beruntung (peluru) sudah dicabut dan (lukanya) dijahit," kata Suhadi. (Baca: "Kadang-kadang Suka Kebayang Teroris Masih Pegang Saya")

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com