Mereka menjadi saksi hidup dari peristiwa pada Kamis kelabu itu.
Aldi, petugas satpam di Starbucks Coffee, yang berlokasi di Gedung Cakrawala, masih trauma. Saat peristiwa terjadi, Aldi hampir dipeluk oleh pelaku bom bunuh diri. Namun, ia berhasil melepaskan diri.
Kini, ia berjuang untuk tetap menjaga semangatnya, kembali bangkit dan beraktivitas seperti biasa. Aldi mencari kesibukan agar traumanya tidak berkepanjangan, dan ia dapat kembali bekerja.
"Saya mau segera sehat untuk kerja lagi," kata Aldi saat ditemui di rumahnya, Cilebut, Bogor, Jawa Barat, Rabu (20/1/2016).
Aldi baru bekerja selama dua pekan. Sepulang bekerja dari kawasan Menteng, ia selalu pulang ke rumah neneknya di Cilebut.
Kedua orangtuanya telah meninggal sejak Aldi masih kecil. Sejak itu, ia tinggal dengan neneknya, dan menghidupi adiknya yang masih bersekolah.
Peran Aldi sangat berarti karena ia merupakan tulang punggung keluarganya.
"Aldi ini tulang punggung keluarga," kata Atik (55), nenek Aldi.
Risiko pekerjaan
Tak berbeda dengan Aldi, Aiptu Suhadi menjaga semangatnya untuk merangkai kehidupan pasca-ledakan bom Thamrin.
Suhadi menjadi korban penembakan oleh pelaku teror. Saat itu, ia tengah bertugas sebagai polisi lalu lintas.
"Perasaan biasa saja. Saya sebagai simbol negara. Di negara mana pun, targetnya pasti simbol negara," tutur Suhadi.
Ia akan tetap menjalani profesi sebagai polisi dengan segala risikonya.
"Saya senang dari situ (polisi), makan dari situ (polisi)," kata Suhadi.
Kendati demikian, Sri, istri Suhadi, meminta agar penjagaan terhadap anggota polisi seperti suaminya lebih ditingkatkan. Ia ingin tenang saat melepas suaminya bekerja.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.