Diperkirakan, puncak musim hujan akan turun pada minggu kedua Februari.
Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) A Fachri Radjab memperkirakan, wilayah Jabodetabek saat ini telah memasuki puncak musim hujan. Potensi terjadinya hujan dengan intensitas tingi hingga ekstrem mulai terlihat.
"Kondisi massa udara di utara terus bergerak ke selatan. Sementara angin dari selatan, yaitu Samudra Hindia, juga bergerak ke wilayah Indonesia. Dalam perkiraan kami, puncak musim hujan mulai minggu pertama hingga pertengahan Februari," tutur Fachri, Senin (1/2).
Puncak musim hujan saat ini mundur jika dibandingkan dengan tahun lalu. Potensi hujan tinggi yang turun dalam waktu singkat semakin besar.
Selain itu, lanjut Fachri, bisa terjadi hujan lebat di bagian hulu (Puncak dan Bogor), bersamaan dengan hujan di Jakarta.
"Sementara puncak rob juga terjadi, maka banjir pasti terjadi," ujarnya. Puncak rob terjadi sekitar 12 hari ke depan.
Jika melihat data Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok BMKG, curah hujan pada Januari lalu sebesar 156,7 milimeter (mm) atau sekitar 11,2 mm setiap hari. Jumlah hari hujan tercatat selama 14 hari.
"Sejauh ini masih normal. Belum ada peningkatan yang signifikan," ucap Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok BMKG Yudi Suryadarma.
Dari catatan tahun 2015, di sekitar wilayah Jakarta Utara, curah hujan ekstrem terjadi pada 22 Januari. Hujan yang turun mencapai 111,4 mm. Saat itu, banjir menggenangi sekitar 80 persen wilayah Jakarta Utara.
Curah hujan yang tinggi lalu kembali terjadi pada 1 Februari 2015 dengan angka lebih dari 100 mm. Akan tetapi, curah hujan paling ekstrem terjadi pada 9 Februari, mencapai 361,4 mm.