Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta Wacanakan Sinergi Teknologi Pengelolaan Air Hujan

Kompas.com - 15/02/2016, 19:12 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Unit Pengelola Teknis (UPT) Jakarta Smart City dan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya mewacanakan untuk menyinergikan teknologi tepat guna sistem pemanenan air hujan atau rain water harvesting (RWH) dengan program Smart City DKI Jakarta.

"Program Smart City memang bermaksud mengintegrasikan semua hal. Salah satunya aspek lingkungan seperti sistem pemanenan air hujan ini dengan maksud supaya kehidupan masyarakat Jakarta lebih sustain," kata Kepala Unit Pengelola Teknis (UPT) Jakarta Smart City, Setiaji, dalam sebuah diskusi panel di Unika Atma Jaya di Semanggi, Jakarta, Senin (15/2/2016).

Setiaji menyebut bahwa penerapan teknologi tepat guna sistem pemanenan air hujan membantu manajemen air bersih secara nonstruktural di wilayah utara ibu kota.

"Di Jakarta Utara penerapan sistem tersebut lebih tepat guna karena sumur resapan justru sering terendam banjir akibat intrusi air laut," kata dia.

Setiaji juga menyebutkan bahwa sinergi antara Smart City Jakarta dan sistem pemanenan air hujan dapat dilakukan dengan menyajikan informasi mengenai kapasitas air bersih di penampungan.

"Program RWH ini juga bisa diintegrasikan dengan program lainnya, karena pengelolaan air di Jakarta macam-macam, ada pipanisasi dan lain-lain," kata dia.

Rektor Unika Atma Jaya, Agustinus Prasetyantoko, menyebutkan bahwa pelaksanaan sistem pemanenan air hujan tersebut merupakan wujud kegiatan smart environment yang menunjang program Smart City DKI Jakarta.

"Kami mendukung penuh kelanjutannya, apalagi saat ini Jakarta sedang mengembangkan diri menjadi kota yang cerdas," kata dia.

Sistem pemanenan air hujan merupakan teknologi pengadaan air bersih dengan cara menampung dan menyaring air hujan.

Implementasi teknologi tersebut diinisiasi oleh Unika Atma Jaya sebagai bagian dari program pengabdian masyarakat.

Saat ini terdapat 10 unit kontruksi RWH di Jakarta yang masih difungsikan dan dimanfaatkan untuk keperluan air bersih bagi sekitar 7.000 siswa di beberapa sekolah di Jakarta Utara, antara lain di SDN Pluit 01, SDN Pluit 03, SDN Pluit 04, SDN Kapuk Muara 05, SDN Kapuk Muara 06, SDN Kamal Muara 01/02, SMPN 120 Kamal Muara, SMPN 122 Kamal Muara, dan SDN Pejagalan 01/02.

Koordinator Bidang Pengabdian Masyarakat Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Evelyn Loanda mengatakan alasan memilih sekolah-sekolah di Jakarta Utara adalah karena permasalahan kesulitan sumber air bersih dan ketiadaan akses PAM.

"Air bersih hasil RWH tersebut digunakan untuk cuci tangan, wudhu, dan kebutuhan sanitasi lain, namun belum dianjurkan sebagai sumber air minum," kata dia.

Evelyn menyebutkan bahwa implementasi RWH tersebut juga menyertakan penyuluhan promosi pola hidup sehat di sekolah, seperti misalnya kewajiban mencuci tangan sebelum makan.

"Kami menyasar perubahan perilaku pola hidup sehat bagi anak-anak, karena kalau diajari sejak dari kecil bisa lebih mudah dan berjalan terus," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi: Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh dan Tak Ada Luka Bakar

Polisi: Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh dan Tak Ada Luka Bakar

Megapolitan
Nasib Pejabat Kemenhub Dicopot dari Jabatan Buntut Injak Kitab Suci demi Buktikan ke Istri Tak Selingkuh

Nasib Pejabat Kemenhub Dicopot dari Jabatan Buntut Injak Kitab Suci demi Buktikan ke Istri Tak Selingkuh

Megapolitan
Jambret Ponsel Pelajar, Pengemudi Ojol Dikejar Polantas di Bekasi

Jambret Ponsel Pelajar, Pengemudi Ojol Dikejar Polantas di Bekasi

Megapolitan
Polisi Masih Tunggu Izin Keluarga untuk Otopsi Tiga Korban Pesawat Jatuh di BSD

Polisi Masih Tunggu Izin Keluarga untuk Otopsi Tiga Korban Pesawat Jatuh di BSD

Megapolitan
Luka-luka Diserang Gangster, Remaja di Depok Ditolong Warga ke Rumah Sakit

Luka-luka Diserang Gangster, Remaja di Depok Ditolong Warga ke Rumah Sakit

Megapolitan
Seorang Remaja Dibacok Gangster di Depok, Terjebak Portal Saat Hendak Kabur

Seorang Remaja Dibacok Gangster di Depok, Terjebak Portal Saat Hendak Kabur

Megapolitan
Jatuhnya Pesawat Latih Tecnam P2006T di BSD: Pilot, Kopilot, dan Teknisi Tewas di TKP

Jatuhnya Pesawat Latih Tecnam P2006T di BSD: Pilot, Kopilot, dan Teknisi Tewas di TKP

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, Senin 20 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, Senin 20 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Pesawat Latih Jatuh di BSD Serpong | Beda Nasib Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez di Kasus Narkoba

[POPULER JABODETABEK] Pesawat Latih Jatuh di BSD Serpong | Beda Nasib Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez di Kasus Narkoba

Megapolitan
Pesawat Latih yang Jatuh di BSD Serpong Selesai Dievakuasi

Pesawat Latih yang Jatuh di BSD Serpong Selesai Dievakuasi

Megapolitan
RS Polri Buka Posko untuk Identifikasi Jenazah Korban Pesawat Jatuh di BSD

RS Polri Buka Posko untuk Identifikasi Jenazah Korban Pesawat Jatuh di BSD

Megapolitan
Saksi Sebut Satu Korban Pesawat Jatuh di BSD Serpong Terlempar 3 Meter

Saksi Sebut Satu Korban Pesawat Jatuh di BSD Serpong Terlempar 3 Meter

Megapolitan
Jenazah Salim Said Dimakamkan di TPU Tanah Kusir

Jenazah Salim Said Dimakamkan di TPU Tanah Kusir

Megapolitan
'Ada Mayday, Mayday, Habis Itu Hilang Kontak...'

"Ada Mayday, Mayday, Habis Itu Hilang Kontak..."

Megapolitan
Awak Pesawat yang Jatuh di BSD Sulit Dievakuasi, Basarnas: Butuh Hati-hati

Awak Pesawat yang Jatuh di BSD Sulit Dievakuasi, Basarnas: Butuh Hati-hati

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com