JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana reklamasi pantai Jakarta dinilai akan berdampak pada kehidupan perempuan di kampung nelayan. Baik perempuan yang bekerja mengurus rumah tangga maupun mereka yang bekerja sebagai nelayan, akan disulitkan dengan adanya reklamasi.
"Ini soal pengakuan bagaimana dampak dari reklamasi berpengaruh secara signifikan terhadap perempuan," kata Arieska Kurniawaty dari Solidaritas Perempuan, dalam diskusi "Tolak" di LBH Jakarta, Rabu (16/3/2016).
Solidaritas Perempuan adalah lembaga swadaya masyarakat yang bekerja bersama perempuan di 13 wilayah di seluruh Indonesia. Mereka juga meneliti kehidupan perempuan di wilayah utara seperti Rawa Badak dan Cilincing.
Berdasarkan penelitian mereka, 15% dari penangkap ikan adalah perempuan. Di sektor pengolahan, 90% pekerjanya adalah perempuan.
"Ini soal bagaimana perempuan hanya ditempatkan sebagai istri nelayan," kata Arieska.
Reklamasi tidak mengakui adanya nelayan perempuan. Hal itu akan menyengsarakan nelayan perempuan.
"Beban kerja domestik perempuan itu sampai 18 jam sehari. Bayangkan saat reklamasi, beban apa lagi yang mereka tanggung," ujar Arieska.
Dalam pekerjaan domestik itu, perempuan harus memikirkan bagaimana kebutuhan pangan keluarga sehari-hari harus terpenuhi. Reklamasi akan mematikan kesempatan mereka untuk mencari nafkah di lingkungannya.
"Mereka akkhirnya harus menjadi buruh migran dan meninggalkan anak-anaknya karena akses terhadap lingkungan tergerus," kata Arieska.
Arieska mengingatkan bagaimana kerja kasar dan berat akan berdampak terhadap kesehatan reproduksi perempuan.
"Perempuan memiliki dampak yang lebih spesifik dari laki-laki," ujarnya. (Baca: Titik Terlemah Ahok Dinilai Ada pada Reklamasi Pantura)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.