Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangan Halus Djarot terhadap Ahok

Kompas.com - 14/04/2016, 07:57 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mulai unjuk gigi. Djarot sebelumnya tak banyak tampil dan cenderung setuju dengan berbagai ide dari Sang Gubernur, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Namun kini ia bukan hanya berani bersuara, ia juga mulai menyindir Ahok.

Perubahan sikap tersebut mulai terasa sejak Ahok memutuskan akan maju lewat jalur independen dalam Pilkada DKI Jakarta tahun depan dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) tak memberikan dukungan pada Ahok.

Djarot yang sempat digadang-gadang untuk kembali berpasangan dengan Ahok juga ikut terdampak dengan pilihan Ahok itu. Posisi Djarot sebagai Ketua Bidang Keanggotan dan Organisasi PDI-P membuat dirinya harus bersikap sesuai dengan haluan partai.

Setelah Ahok memutuskan maju lewat jalur independen, Djarot kemudian bersuara. Ia memperingatkan  Ahok agar berhati-hati pada pilihan jalur independen. Sebab, pilihan tersebut rawan dijegal saat memimpin pemerintahan nanti.

"Hati-hati, lho. Ketika pun misalnya menang jalur independen, kan bukan sekadar menang. Pasti selalu berhubungan dengan lembaga yang lain. Tidak bisa sendiri," ujar Djarot di Jakarta, pada awal Maret lalu.

Tak berhenti di situ, Djarot kemudian terlibat polemik dengan Ahok perihal kantor partai yang menempati aset Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Polemik itu berawal dari temuan bahwa kantor "Teman Ahok" berada di lahan milik Pemprov DKI Jakarta.

Djarot menanggapinya dengan melontarkan sebuah saran. "Saran saya, sebaiknya (Teman Ahok) cari (tempat) yang lain yang lebih netral, jangan dipakai untuk politik, tetapi secara aturan boleh. Kenapa sih, memang enggak ada yang lain?" kata Djarot.

Saran Djarot kemudian ditanggapi Ahok dengan cukup keras. Ahok menilai kantor anak cabang PDI-P juga berada di lahan milik Pemprov DKI Jakarta.

"Kalau Pak Djarot merasa ini etika yang dilanggar, kalau gitu Pak Djarot suruh kantor PAC PDI-P pindah dulu, dong, kalau soal etika. Etika kan soal perasaan kan. Kalau aturan, enggak ada yang dilanggar," ujar Ahok.

Djarot sempat mengungkapkan dirinya tak mau diadu dengan Ahok. Pasalnya itu tak bagus secara etika pemerintahan.

"Saya mohon agar saya sama Pak Gubernur jangan diadu-adu karena tidak bagus untuk etika pemerintahan. Kan harusnya tetap kompak," kata Djarot di Balai Kota pada akhir Maret.

Namun, beberapa waktu setelahnya, Djarot mulai menunjukkan beberapa serangan halusnya terhadap Ahok. Serangan tersebut lewat pernyataan-pernyataan terkait kebijakan dan guyonan.

Misalnya pada pembukaan Musrenbang Kabupaten Kepulauan Seribu pada Selasa (12/4/2016), Djarot menyinggung Ahok sedang melakukan musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

"Kemarin saya juga sama Pak Gubernur. Ya saya juga Musrenbang di sini (Kepulauan Seribu), 'saya juga Musrenbang di KPK' kata Pak Gubernur," ujar Djarot.

Tak berhenti di situ, Djarot pun menunjukkan sikap kontranya terhadap reklamasi. Ahok yang menilai reklamasi diperlukan, berbeda pandangan dengan Djarot. Menurut Djarot, reklamasi bisa merusak lingkungan dan ekosistem.

"Coba kamu amatin pengaruhnya pada manggrove. Tanya saja pada ahli lingkungan hidup. Ada gak dampaknya pada hutan manggrove," kata Djarot usai meninjau proyek reklamasi Pulau D, di Teluk Jakarta, Selasa lalu.

Kompas TV Ini Tanggapan Djarot Soal Kantor Teman Ahok
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com