Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perahunya Jadi Tempat Tinggal, Nelayan Pasar Ikan Tidak Melaut

Kompas.com - 15/04/2016, 12:37 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Puluhan warga Pasar Ikan yang terdampak penggusuran, Senin (11/4/2016) lalu, masih bertahan dengan tinggal di perahu.

Mereka mengaku terpaksa tinggal di sana karena tidak memiliki tempat tinggal lain.

Mereka enggan tinggal di rusun yang ditawarkan Pemprov DKI Jakarta karena merasa tinggal di Pasar Ikan lebih nyaman.

"Lagian lebih nyaman (tinggal) di perahu daripada di rusun, ini kan saudara semua di sini. Jadi enggak pada misah," ujar Syarifudin (22), salah satu warga yang tinggal di perahu, Jumat (15/4/2016).

(Baca: Anak-anak "Manusia Perahu" Kesulitan Belajar)

Syarifudin tinggal bersama enam keluarganya di perahu milik mereka. Karena perahunya digunakan sebagai tempat tinggal, keluarga Syarifudin tak lagi melaut.

"Ini mata pencahariannya dipakai tempat tinggal, jadi enggak kerja. Kami kan nelayan," kata Syarifudin.

Selain keluarga Syarifudin, ada puluhan warga lainnya yang tinggal di perahu. Bahkan, ada satu perahu yang ditempati sejumlah kepala keluarga (KK).

"Di sini ada 3 KK, tetapi karena semalem hujan, di sini 5 KK, dempet-dempetan," kata warga lainnya, Lastri.

Karena hujan, Lastri mengaku kedinginan di perahu. Namun, mereka tidak bisa berbuat apa-apa.

"Dingin, anak saya paling saya selimuti sarung, handuk," sebut Lastri.

Menurut Lastri, perahu yang ditempatinya adalah milik orang lain yang tinggal di Kemayoran. Orang tersebut meminjamkan perahunya untuk warga Pasar Ikan yang terdampak penggusuran.

"Ini kita numpang di sini sampai yang punya perahu bela-belain enggak kerja. Yang punya orang Kemayoran, baik hati," tutur Lastri.

(Baca: Balada "Manusia Perahu" Pasar Ikan)

Lastri, Syarifudin, dan warga lainnya tidak ingin tinggal di rusun. Sebab, menurut mereka, lokasi rusun jauh dari tempat mereka bekerja.

"Suami saya kuli pelabuhan, kuli panggul. Kalau yang punya kendaraan sih enak," kata Lastri.

Karena tinggal di perahu, mereka harus mengeluarkan uang untuk mandi dan mencuci di MCK Luar Batang.

"Kita kalau mandi Rp 3.000. Makanya kita mandi sekali saja sehari," kata warga lainnya, Jumiati.

Kompas TV Warga Penjaringan Bertahan di Perahu Nelayan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com