DEPOK, KOMPAS — Belum jelasnya proyek revitalisasi Terminal Depok di Jalan Margonda Raya, Kota Depok, Jawa Barat, membuat pelayanan di terminal itu tak maksimal.
Sebagian bangunan sudah dirobohkan dan bangunan yang tersisa tidak terawat sehingga berdampak pada kenyamanan dan keamanan pengguna terminal.
Menurut Kepala Terminal Depok Reynold John, Senin (18/4), kerja sama telah dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Depok dengan pihak swasta, yaitu PT Andika Investa Muttaqin, sejak tahun 2011 dalam bentuk bangun-guna-serah (build-operate-transfer/BOT).
Pihak swasta itu nantinya akan menyerahkan terminal kepada Pemkot Depok setelah jangka waktu 30 tahun.
Tahun 2014, sebagian bangunan di terminal telah dirobohkan sebagai persiapan pembangunan terminal baru. Namun, hingga saat ini belum terlihat kegiatan pembangunan.
Menurut rencana, terminal Depok akan dibuat menjadi terminal terpadu dengan Stasiun KA Depok Baru yang letaknya berdekatan.
Selain itu, akan ada kawasan komersial yang juga dibangun di areal seluas lebih kurang 2,5 hektar itu.
"Dengan belum jelasnya kondisi ini, pengaruhnya sangat besar pada kenyamanan dan keamanan di terminal. Sebab, sekalipun kami tetap memungut retribusi, tak ada lagi anggaran pemeliharaan sehingga kondisi bangunan yang ada masih seperti ini," ujar John, menunjuk ruang kantornya yang sempit dan gelap.
Hanya tersisa satu bangunan utama berlantai dua di terminal itu. Sebagian bangunan digunakan untuk kantor petugas terminal dan sisanya dimanfaatkan oleh sejumlah perusahaan otobus dan warung-warung makan.
Hanya tersedia sedikit tempat duduk untuk calon penumpang. Selain itu, selama ini penumpang KRL yang mengakses stasiun melalui pintu ITC Depok hanya dapat melewati pintu itu hingga pukul 22.00.
Selepas waktu tersebut, penumpang harus memutar lebih jauh melalui pintu lain.
Padahal, jika terminal sudah dibangun dan terkoneksi dengan stasiun, warga dapat langsung menuju terminal untuk berganti moda.
"Hal lain, saat ini kondisi terminal sangat terbuka. Siapa saja bisa masuk, dari mana saja. Ini sangat berpengaruh pada keamanan di terminal," kata John.
Ia menambahkan, angkutan yang paling banyak beroperasi di terminal itu adalah angkutan kota, yakni sebanyak 2.886 unit dari 18 trayek.
Selain itu, ada bus antarkota antarprovinsi (AKAP) yang sebagian besar melayani jurusan ke sejumlah daerah di Jawa Barat dan bus-bus kota.