JAKARTA, KOMPAS.com — Sekitar seribuan warga DKI Jakarta mengikuti Kongres Rakyat Lawan Penggusuran yang diinisiasi Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia (SPRI) di Kolong Tol Wiyoto Wiyono, Penjaringan, Jakarta Utara, Minggu (15/5/2016).
Tidak hanya warga usia produktif, anak-anak dan warga lanjut usia juga tampak hadir di sana.
Damawiyah (65), misalnya, mengaku ikut karena disuruh. Namun, dia tidak menyebut siapa orang yang menyuruhnya.
"Ya, orang disuruh, nurut aja, sekalian jalan-jalan," kata warga korban penertiban Kali Sekretaris yang kini menempati Rusun Pesakih itu.
Damawiyah mengaku datang bersama rombongan dari rusun menggunakan metromini. Bus tersebut langsung menjemput dia dan warga lainnya di Rusun Pesakih.
"Naik metromini ke sini. Rombongan. Ya, namanya kami orang kecil, kalau disuruh ya ikut aja dah," kata dia.
Meski hadir dalam kongres tersebut, Damawiyah tidak tahu bahwa setelah kongres, warga akan melakukan longmarch ke Taman Waduk Pluit.
"Ke Waduk Pluit? Ngapain? Laa ilaha ilallah. Enggak ah, nanti di mobil aja," ujarnya.
Sama halnya dengan Damawiyah, Misnah (61) yang merupakan warga lainnya juga tidak tahu bahwa dirinya harus longmarch ke Taman Waduk Pluit. Jika harus berjalan kaki, Misnah menyebut, ia lebih baik tidak ikut dan pulang ke rumah.
"Kalau jalan kaki, gak kuat. Kalau naik mobil, boleh. Kalau harus jalan, mending pulang aja, capek, udah tua," kata warga Wijaya Kusuma, Grogol Petamburan, tersebut.
Meski begitu, dia mengaku ikut kegiatan ini dengan sukarela. Dia tidak merasa terpaksa datang bersama warga lainnya.
"Enggak, kami kan ikut kebeneran," ucapnya.
Warga lainnya, Juriyah (48), datang bersama anak perempuannya. Dia mengaku membawa anaknya karena takut kegiatan tersebut berlangsung lama.
"Takutnya lama, gak ada siapa-siapa di rumah," kata dia.
Juriyah mengaku jauh-jauh datang dari Kampung Tengah, Jakarta Timur, karena ada yang mengajaknya. Dia pun mengaku hanya ikut-ikutan.