JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menilai, naiknya permukaan laut di Teluk Jakarta merupakan akibat dari mencairnya lapisan es di kutub karena pemanasan global dan daya tarik bulan.
Ia menilai perlu menyampaikan hal itu. Soalnya, kata dia, cukup banyak pihak yang menuding naiknya permukaan laut di Teluk Jakarta akibat adanya proyek reklamasi.
"Pasang surut bukan karena reklamasi ya, karena daya tarik bulan. Itu mesti ngerti. Kadang-kadang pejabat enggak ngerti pasang surut itu. Dikiranya gara-gara reklamasi," kata Ahok di gedung Yayasan Buddha Tsu Chi, Jakarta Utara, Sabtu (4/6/2016).
Ia menambahkan, "Jumlah volume air dunia sama banyaknya. Cuma ada yang cair, ada yang beku. Nah, yang beku ini berkurang karena mencair. Karena mencair, (permukaan) laut lebih tinggi dari dulu," ujar Ahok.
Menurut Ahok, ada 40 persen wilayah Jakarta yang kini berada di bawah permukaan laut, sementara tanggul laut di pesisir Jakarta tak kuat menahan banjir akibat pasang air laut atau rob.
Ia menegaskan, salah satu solusi untuk mencegah tergenangnya 40 persen wilayah Jakarta oleh air laut adalah dengan membangun tanggul A. Tanggul A merupakan salah satu tanggul yang masuk dalam proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD).
"(Konsultan) Belanda menghitung kita mesti membangun tanggul A, NCICD A. Setinggi berapa? Setinggi 3,8 meter, lebar 5-20 meter. Baru bisa kuat menghadapi air laut," ujar Ahok.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.