Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susahnya Sadarkan Perokok di Bandara Soekarno-Hatta

Kompas.com - 08/07/2016, 18:47 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Meski telah disediakan tempat khusus perokok, masih banyak penumpang dan orang yang merokok sembarangan di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten.

Hal itu terungkap melalui cerita salah satu Duta Larangan Merokok (DLM) yang ditemui Kompas.com di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta, Jumat (8/7/2016) sore.

"Salah satu tantangannya adalah menyadarkan orang bisa tertib merokok di tempatnya. Kadang, orang enggak mau tahu, ada juga yang marah-marah pas dikasih tahu," kata Dinar Al-Kautsar (20), salah satu DLM, di sela-sela kegiatannya.

Dinar menuturkan, perokok yang melanggar area dilarang merokok paling banyak didapati di Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta. Di sana, kebanyakan perokok memilih untuk merokok di lobi terminal dekat area parkir, bukan di tempat khusus yang telah disediakan di samping sejumlah tenant.

Selain di Terminal 1, pelanggar area larangan merokok juga cukup banyak di Terminal 2 dan 3.

Salah satu penumpang, Yudist (35), mengaku sempat melihat WNA yang sudah membakar rokoknya sesaat setelah mendarat. WNA tersebut merokok mulai dari dalam gedung hingga keluar terminal.

"Tadi ada bule udah ngerokok dari dalam ke luar enggak ada yang negur, asapnya ke mana-mana," tutur Yudist.

Sulitnya menyadarkan soal aturan dilarang merokok itu sangat dipahami oleh Dinar. Rata-rata perokok mengiyakan imbauan yang disampaikan DLM. Namun, ketika sudah diberi tahu, mereka tetap melanjutkan tindakannya di tempat yang tidak seharusnya.

"Pernah saya kasih penjelasan ke bapak-bapak kalau tidak boleh merokok di sini, tapi dia cuekin saya. Banyak yang seperti itu, memang harus dikasih tahu pelan-pelan," ujar Dinar.

Dari sejumlah himbauan yang disampaikan, menurut Dinar, para perokok kini mulai memahami peraturan tempat dilarang merokok. Bahkan, sewaktu DLM yang berseragam kaus berwarna kuning mendatangi perokok yang melanggar, perokok lainnya ikut membubarkan diri tanpa harus diberi tahu lagi.

"Ada yang sampai hafal kalau dari kami yang pakai kaus kuning datang, langsung matiin rokoknya, jadi malu sendiri," ucap Dinar.

Perempuan asal Bandung, Jawa Barat, itu telah bekerja sebagai DLM di Bandara Soekarno-Hatta sejak Oktober 2015. Saat bekerja, Dinar dan DLM lainnya hanya membawa satu asbak berukuran besar, lengkap dengan tutup dan pegangannya.

Asbak itu berfungsi sebagai tempat bagi perokok mematikan dan membuang rokoknya. Jika ada yang merokok tidak pada tempatnya, DLM akan meminta perokok untuk mematikan rokoknya dan mengarahkan perokok ke tempat yang seharusnya.

Tempat khusus perokok di semua terminal Bandara Soekarno-Hatta berjumlah 20 titik. Kebanyakan area khusus perokok ada di luar ruangan, tetapi ada juga tempat yang disediakan di dalam ruangan, seperti dekat boarding room di tiap-tiap terminal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com