JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya menyatakan, cuaca ekstrem yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia akan berlangsung hingga Februari 2017. Oleh karena itu, ia berharap warga selalu waspada.
"Kami laporkan bahwa kemarau basah ini masih akan terjadi sampai bulan Februari," kata Andi Eka Sakya di Kantor Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Jumat (2/8/2016).
(Baca juga: Skenario Pemprov DKI Hadapi Banjir Jakarta 2016)
Menurut Andi, cuaca ekstrem itu bisa mengakibatkan beberapa hal di setiap daerah di Indonesia, salah satunya adalah majunya awal musim hujan.
"Untuk yang pertama ini, sekitar 70 persen dari seluruh wilayah akan mengalami awal musim hujan yang maju," ujar dia.
Ia mengatakan, akibat cuaca ekstrem dari Agustus hingga November, sedikitnya ada 92,7 persen wilayah di Indonesia yang telah memasuki musim hujan.
Padahal, jika cuaca ekstrem tidak terjadi, 92,7 persen wilayah tersebut belum memasuki musim hujan.
"Tentu saja proses transisi ini perlu diwaspadai dan akan berakibat pada potensi hujan dan longsor," ucap dia.
Dalam acara yang sama, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menambahkan, untuk mengantisipasi terjadinya hujan dan longsor di Jakarta, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah melakukan pemetaan wilayah rawan banjir.
"Jadi kita sudah bikin peta daerah rawan banjir. Itu ada 23 kecamatan rawan banjir, kemudian ada 57 Kelurahan dan RW-nya yang rawan itu ada 201 RW," ujar Djarot.
(Baca juga: 23 Kecamatan di Jakarta Rawan Banjir)
Menurut Djarot, dengan adanya data itu, pihaknya sudah mendirikan Kampung Siaga Bencana (KSB) sebagai langkah antisipatif menanggulangi bencana banjir.