Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan Ahli Patologi yang Ragukan Kematian Mirna karena Sianida

Kompas.com - 05/09/2016, 20:37 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli patologi forensik dari Brisbane, Australia, Profesor Beng Beng Ong, meragukan kesimpulan yang menyebut kematian Wayan Mirna Salihin karena zat sianida.

Sebab, menurut dia, hasil pemeriksaan toksikologi pada jenazah Mirna berbeda dengan beberapa kematian yang disebabkan keracunan sianida.

Dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (5/9/2016), Ong menjelaskan dua kasus kematian karena keracunan sianida yang dilaporkan dalam Jurnal Amerika Kedokteran Forensik dan Patologi.

(Baca juga: Ahli Patologi Forensik dari Australia Jadi Saksi Meringankan Pertama di Sidang Jessica)

Dalam kasus pertama, seorang tukang emas meninggal karena keracunan sianida. Jenazahnya diotopsi tiga hari pasca-kematian.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, ditemukan 80,9 miligram per liter sianida dalam darah, 20,1 miligram per liter dalam empedu, dan 1,26 gram per liter dalam isi lambung.

Kemudian, pada kasus kedua, istri seorang ahli kimia menelan satu sendok zat beracun. Ia mengaku telah menelan bubuk zat beracun itu.

"Kemudian, dia menjadi kejang-kejang dan meninggal dunia kira-kira dua jam," ujar Ong yang menjadi saksi meringankan bagi terdakwa Jessica Kumala Wongso ini. 

Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap wanita itu, ditemukan 42,2 miligram per liter sianida dalam darah dan 1,2 gram per liter di dalam lambung.

Selain di dalam lambung, kata Ong, seharusnya sianida juga ditemukan di empedu dan hati.

Sementara itu, di urin, bisa jadi ditemukan ataupun tidak ditemukan. Hal itu tergantung pada seberapa cepat orang tersebut meninggal dunia.

Ong pun membandingkan dua kasus tersebut dengan kematian Mirna.

Berdasarkan hasil pemeriksaan toksikologi, sianida hanya ditemukan di dalam sampel lambung Mirna, yakni sebesar 0,2 miligram per liter.

Sementara itu, di cairan lambung, empedu, dan hati Mirna, sianida tersebut tidak ditemukan.

"Di empedu dan hati tidak dideteksi adanya sianida. Air seni (urin) juga negatif. Yang juga mengejutkan adalah barang bukti 4 yang menjelaskan tentang cairan lambung yang diambil segera setelah korban meninggal dunia. Hasilnya negatif," tutur Ong.

Selain itu, Ong menjelaskan, jumlah sianida yang ditemukan dalam lambung biasanya mencapai 1.000 miligram per liter, sedangkan di dalam tubuh Mirna hanya ditemukan 0,2 miligram per liter.

"Apabila seseorang meninggal karena sianida, terutama masuk lewat mulut, maka akan mengakibatkan tingkat sianida yang dijumpai pada lambung biasanya sangat tinggi dan bisa mencapai lebih dari 1.000 miligram per liter," ucap dia.

(Baca juga: Kuasa Hukum Jessica Sebut Ada Fakta Mengejutkan yang Belum Terungkap )

Mirna meninggal setelah meminum es kopi vietnam yang dipesan oleh Jessica Kumala Wongso di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Rabu (6/1/2016).

Jessica menjadi terdakwa kasus tersebut. JPU mendakwa Jessica dengan dakwaan tunggal, yakni Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana.

Kompas TV Ahli: Penyebab Kematian Mirna Bukan Sianida
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com