JAKARTA, KOMPAS — Tak mampu berbahasa isyarat dan buta huruf, gadis tunarungu korban pemerkosaan kesulitan mengungkapkan pemerkosaan yang dialami. Kasus itu pun terungkap setelah korban, S (22), nyaris meregang nyawa karena melahirkan bayi akibat pemerkosaan itu dengan prematur pada awal Agustus.
Sebagai tunarungu buta huruf dan hanya hidup bersama kakaknya dalam kemiskinan di perkampungan pinggir rel di Kelurahan Pisangan, Cakung di Kelurahan Pisangan, Cakung, membuat S rentan. Pemerkosaan itu ia alami akibat perbuatan teman kakaknya sendiri, yakni Al (24), yang bekerja sebagai sopir ojek.
Kepala Polres Jakarta Timur Komisaris Besar M Agung Budijono, Jumat (16/9), mengungkapkan, berkat bantuan tenaga pendamping penyandang disabilitas dan Kementerian Sosial, kasus ini dapat terungkap. Sebab, sejak awal korban kesulitan berkomunikasi karena tak mampu berbahasa isyarat.
”Berkat bantuan tenaga pendamping disabilitas ini, kami dapat menangkap pelaku pemerkosaan yang tak lain teman dari kakak korban,” kata Agung.
Tersangka pemerkosaan, Al, ditangkap awal September. Bapak satu anak itu kini mendekam di sel tahanan Polres Jaktim. Muharyati (45), pendamping disabilitas yang membantu S, menceritakan, pemerkosaan dua kali terjadi di bawah paksaan dan ancaman pelaku.
Al memaksa S ke rumahnya lalu diperkosa. Al memberi uang Rp 5.000 dan Rp 20.000 yang semuanya ditolak korban. Selama ini, korban ketakutan dan kesakitan, sementara orang di sekitarnya kesulitan memahami masalahnya.
Menurut Muharyati, kasus itu terungkap setelah dirinya memperoleh informasi dari sesama penyandang disabilitas bahwa ada gadis tunarungu kesulitan membayar biaya persalinan lebih dari Rp 8 juta di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur, 5 Agustus. Saat itu, paman dan kakak S baru menduga bahwa S korban pemerkosaan. Janin berusia enam bulan itu pun lahir dalam kondisi meninggal.
Bahasa isyarat
Lewat bahasa tubuh dan isyarat yang disampaikan S, Muharyati mengungkapkan, S diperkosa sekitar Februari. ”Lewat isyarat tangan, S mengaku kejadian itu setelah tahun baru,” katanya.
Korban S menunjukkan waktu pemerkosaan itu dengan mengembangkan tangan seperti kembang api. Lalu diikuti dengan gerakan tangan yang menjauh untuk menunjukkan rentang waktu tahun baru dengan kejadian pemerkosaan. (MDN)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 September 2016, di halaman 27 dengan judul "Korban Butuh Dibantu dan Didukung".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.