Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Pemerkosaan Butuh Dibantu dan Didukung

Kompas.com - 17/09/2016, 17:09 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Tak mampu berbahasa isyarat dan buta huruf, gadis tunarungu korban pemerkosaan kesulitan mengungkapkan pemerkosaan yang dialami. Kasus itu pun terungkap setelah korban, S (22), nyaris meregang nyawa karena melahirkan bayi akibat pemerkosaan itu dengan prematur pada awal Agustus.

Sebagai tunarungu buta huruf dan hanya hidup bersama kakaknya dalam kemiskinan di perkampungan pinggir rel di Kelurahan Pisangan, Cakung di Kelurahan Pisangan, Cakung, membuat S rentan. Pemerkosaan itu ia alami akibat perbuatan teman kakaknya sendiri, yakni Al (24), yang bekerja sebagai sopir ojek.

 Kepala Polres Jakarta Timur Komisaris Besar M Agung Budijono, Jumat (16/9), mengungkapkan, berkat bantuan tenaga pendamping penyandang disabilitas dan Kementerian Sosial, kasus ini dapat terungkap. Sebab, sejak awal korban kesulitan berkomunikasi karena tak mampu berbahasa isyarat.

”Berkat bantuan tenaga pendamping disabilitas ini, kami dapat menangkap pelaku pemerkosaan yang tak lain teman dari kakak korban,” kata Agung.

Tersangka pemerkosaan, Al, ditangkap awal September. Bapak satu anak itu kini mendekam di sel tahanan Polres Jaktim. Muharyati (45), pendamping disabilitas yang membantu S, menceritakan, pemerkosaan dua kali terjadi di bawah paksaan dan ancaman pelaku.

Al memaksa S ke rumahnya lalu diperkosa. Al memberi uang Rp 5.000 dan Rp 20.000 yang semuanya ditolak korban. Selama ini, korban ketakutan dan kesakitan, sementara orang di sekitarnya kesulitan memahami masalahnya.

Menurut Muharyati, kasus itu terungkap setelah dirinya memperoleh informasi dari sesama penyandang disabilitas bahwa ada gadis tunarungu kesulitan membayar biaya persalinan lebih dari Rp 8 juta di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur, 5 Agustus. Saat itu, paman dan kakak S baru menduga bahwa S korban pemerkosaan. Janin berusia enam bulan itu pun lahir dalam kondisi meninggal.

Bahasa isyarat

Lewat bahasa tubuh dan isyarat yang disampaikan S, Muharyati mengungkapkan, S diperkosa sekitar Februari. ”Lewat isyarat tangan, S mengaku kejadian itu setelah tahun baru,” katanya.

Korban S menunjukkan waktu pemerkosaan itu dengan mengembangkan tangan seperti kembang api. Lalu diikuti dengan gerakan tangan yang menjauh untuk menunjukkan rentang waktu tahun baru dengan kejadian pemerkosaan. (MDN)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 September 2016, di halaman 27 dengan judul "Korban Butuh Dibantu dan Didukung".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pelajar Paket B Tewas Dikeroyok di Kemang

Pelajar Paket B Tewas Dikeroyok di Kemang

Megapolitan
Camat Kembangan Tak Larang Spanduk Dukungan Pilkada jika Dipasang di Pekarangan Rumah

Camat Kembangan Tak Larang Spanduk Dukungan Pilkada jika Dipasang di Pekarangan Rumah

Megapolitan
Bandar Narkoba yang Sembunyikan Sabu di Jok Motor Ternyata Residivis

Bandar Narkoba yang Sembunyikan Sabu di Jok Motor Ternyata Residivis

Megapolitan
Cerita Pelamar Kerja di Gerai Ponsel Condet, Sudah Antre Panjang, tetapi Diserobot Orang

Cerita Pelamar Kerja di Gerai Ponsel Condet, Sudah Antre Panjang, tetapi Diserobot Orang

Megapolitan
Tak Sabar Menunggu Antrean Wawancara, Sejumlah Pelamar Kerja PS Store Condet Pilih Pulang

Tak Sabar Menunggu Antrean Wawancara, Sejumlah Pelamar Kerja PS Store Condet Pilih Pulang

Megapolitan
Polisi Bongkar Markas Judi “Online” yang Dikelola Satu Keluarga di Bogor

Polisi Bongkar Markas Judi “Online” yang Dikelola Satu Keluarga di Bogor

Megapolitan
Cegah DBD, Satpol PP DKI Minta Warga Aktif Lakukan PSN 3M Plus

Cegah DBD, Satpol PP DKI Minta Warga Aktif Lakukan PSN 3M Plus

Megapolitan
Sulit Dapat Kerja, Eks Karyawan Rumah Makan Banting Setir Jadi PKL di GBK

Sulit Dapat Kerja, Eks Karyawan Rumah Makan Banting Setir Jadi PKL di GBK

Megapolitan
Heru Budi Optimistis Ekonomi Jakarta Tetap Tumbuh lewat Berbagai Gelaran 'Event'

Heru Budi Optimistis Ekonomi Jakarta Tetap Tumbuh lewat Berbagai Gelaran "Event"

Megapolitan
Pemeriksaan Kesehatan Mental Ibu yang Cabuli Anak Kandungnya Rampung, tapi Belum Ada Kesimpulan

Pemeriksaan Kesehatan Mental Ibu yang Cabuli Anak Kandungnya Rampung, tapi Belum Ada Kesimpulan

Megapolitan
'Perjuangan Mencari Kerja Memang Sesusah Itu...'

"Perjuangan Mencari Kerja Memang Sesusah Itu..."

Megapolitan
Bandar Narkoba di Penjaringan Mengaku Dapat Sabu dari Matraman

Bandar Narkoba di Penjaringan Mengaku Dapat Sabu dari Matraman

Megapolitan
Polisi Selidiki Oknum Sekuriti Plaza Indonesia yang Pukuli Anjing Penjaga

Polisi Selidiki Oknum Sekuriti Plaza Indonesia yang Pukuli Anjing Penjaga

Megapolitan
Kasus Akseyna 9 Tahun Tanpa Perkembangan, Polisi Klaim Rutin Gelar Perkara

Kasus Akseyna 9 Tahun Tanpa Perkembangan, Polisi Klaim Rutin Gelar Perkara

Megapolitan
Polisi Sebut Benda Perdukunan Milik DS Tak Terkait Kasus Pembunuhan Bocah Dalam Galian Air di Bekasi

Polisi Sebut Benda Perdukunan Milik DS Tak Terkait Kasus Pembunuhan Bocah Dalam Galian Air di Bekasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com