JAKARTA, KOMPAS.com — Wajah Ana tampak lelah dan kotor. Baju kaus biru serta celana pendek bermotif bunga yang dikenakannya telah berwarna kehitaman, bekas arang dari kayu yang habis terbakar.
Sejak Jumat (18/11/2016) pagi, Ana sibuk mengais barang-barang yang tertimbun di bawah reruntuhan rumahnya. Ibu tiga cucu ini merupakan salah satu korban kebakaran yang melanda permukiman di RT 04 RW 15 di Kelurahan Kapuk Muara, Jakarta Utara, Kamis kemarin, sekitar pukul 09.30 WIB.
Ana menceritakan, kebakaran itu berlangsung sangat cepat. Rumah bertingkat dua yang dia tinggali selama 11 tahun habis terbakar dalam sekejap. Tak ada barang berharga yang bisa diselamatkannya kecuali sebuah lemari kecil berisi pakaian.
"Ya sudahlah, namanya juga musibah," kata Ana sambil terus memandang dengan tatapan kosong. Ana mengaku tak mementingkan harta benda yang telah dia kumpulkan selama puluhan tahun. Yang terpenting, katanya, keselamatan seluruh keluarganya.
Ana menceritakan, saat kebakaran, dirinya sedang berada di rumah. Teriakan warga sekitar membuat Ana terkejut. Di luar rumah, dirinya melihat nyala api begitu besar melalap puluhan rumah yang hanya berjarak 400 meter dari rumahnya.
Ana panik, suaminya saat itu tak ada di rumah. Hanya ada dia dan adiknya, Sani, yang lumpuh.
Ana meninggalkan seluruh barang berharganya. Ia meminta tetangganya mengangkut Sani ke luar rumah. Saat kebakaran, tak mudah mencari warga yang mau menolong. Semuanya sibuk menyelamatkan barang berharga masing-masing.
"Untung ada warga yang mau bantu. Ada tiga sampai empat orang mau bantu untuk angkat adik saya. Kalau tidak, saya enggak tahu apa yang terjadi," kata Ana.
Kini, Sani telah dipindahkan ke rumah kakaknya yang tak jauh dari rumahnya. Sementara itu, Ana dan anggota keluarga lainnya tetap ingin tinggal di atas puing reruntuhan rumahnya.
Ana memasang terpal bekas untuk melindungi diri dari panas dan hujan. Alasnya spanduk yang didapatkannya dari bantuan warga.
Ana belum tahu harus berbuat apa. Tak ada uang tabungan. Ana yang merupakan seorang ibu rumah tangga hanya berharap ada orang yang menggunakan jasa suaminya yang merupakan tukang urut keliling demi memenuhi kebutuhan keluarganya.
Anak mengatakan tak ingin meninggalkan bekas tempat tinggalnya itu.
"Kami sih inginnya tetap tinggal, enggak mau pindah, sudah lama di sini. Kami maunya tidur di rumah sendiri," kata Ana.
Korban kebakaran lainnya, Syarif, mengaku ingin bertahan di bekas rumahnya. Syarif berprofesi sebagai tukang ojek yang biasa mangkal di daerah Cengkareng. Syarif telah belasan tahun tinggal di RT 15.
Syarif berkeinginan kembali membangun rumahnya di lokasi yang sama, meski tahu hal itu membutuhkan kesabaran dan uang yang tak sedikit.
"Enggak apa-apa. Sedikit-sedikit dulu, pasti bisa dijalani, istikamah saja," ujar Syarif.
Dari data pengurus RT setempat, ada sebanyak 211 kepala keluarga (KK) atau 769 jiwa yang terdampak kebakaran itu. Sejumlah bantuan, seperti makanan, minuman, serta pakaian, telah disalurkan kepada korban kebakaran.
Bantuan itu didapatkan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Dinas Sosial DKI Jakarta, hingga bantuan dari lembaga sosial dan perorangan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.