JAKARTA, KOMPAS.com — Polri bersama TNI siap bersinergi dalam melakukan pengamanan di Indonesia. Bahkan, Polri bersama TNI siap berjihad jika ada segelintir orang yang ingin menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Kami TNI dan Polri akan jihad apabila ada yang mengganggu NKRI. Mengganggu pemerintah yang sah," ujar Kapolda Metro Jaya Irjen Mochamad Iriawan di Mapolda Metro Jaya, Senin (21/11/2016).
Iriawan menambahkan, Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian bersama dengan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo telah berkomitmen untuk menjaga keutuhan NKRI dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang ingin memecah belah.
Menurut Iriawan, dia sebagai bawahan Kapolri siap untuk melakukan perintah tersebut.
Di tempat yang sama, Pangdam Jaya Mayjen TNI Teddy Lhaksamana mengamini ucapan dari Iriawan. Ia menegaskan akan mengerahkan kekuatan yang dimiliki TNI untuk membantu Polri dalam menjaga keutuhan NKRI.
"Apa pun yang diminta oleh Polda, khususnya Kapolda, akan saya dukung semaksimal mungkin. Berapa pun yang diminta kekuatan yang ada di saya, saya kasih," tegas Teddy.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengatakan, pihaknya akan menjaga ketat aksi pada 25 November 2016. Pasalnya, aksi tersebut berpotensi berujung pada upaya penggulingan pemerintahan. (Baca: Polisi Larang Aksi 2 Desember di Jalan MH Thamrin dan Jalan Jenderal Sudirman)
Tito mengaku mendapat informasi bahwa ada "penyusup" di balik aksi demo tersebut dan akan menduduki Gedung Parlemen Senayan, Jakarta.
"Kalau itu bermaksud untuk menjatuhkan atau menggulingkan pemerintah, termasuk pasal makar," ujar Tito dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (21/11/2016).
Tito mengatakan, berdasarkan undang-undang, menguasai gedung pemerintahan merupakan salah satu pelanggaran hukum. Terlebih lagi, Tito mendapat informasi bahwa ada sejumlah rapat terkait upaya menguasai DPR.