JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif PoliticaWave, Yose Rizal, mengatakan, topik pembahasan netizen di media sosial terkait Pilkada DKI Jakarta 2017 cenderung bergeser, dari semula mengenai program dan kebijakan tiap calon gubernur dan calon wakil gubernur, menjadi pembicaraan tentang dugaan penistaan agama oleh salah satu calon gubernur, yaitu Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
PoliticaWave merupakan lembaga survei yang melakukan monitoring dan memantau fenomena percakapan di media sosial.
"Akibat maraknya perbincangan tentang dugaan penistaan agama dan hal-hal terkait itu, soal program-program jadi cukup tenggelam. Padahal masyarakat Jakarta sudah terbiasa dengan menagih janji para calon lewat program-program, apa saja rencana para pasangan calon bagi Jakarta lima tahun ke depan," kata Yose saat dihubungi Kompas.com, Senin (21/11/2016) sore.
(Baca juga: Ahok Optimis Tak Bersalah dalam Kasus Dugaan Penistaan Agama)
Jika dibandingkan dengan data perbincangan di media sosial pada Pilpres 2014 lalu, Yose menilai suasana perdebatan netizen lebih panas pada saat ini.
Bahkan, hampir tidak ada netizen yang akhirnya sama-sama sepakat setelah sebelumnya berdebat mengenai suatu hal.
Yose juga meyakini, saking seringnya topik percakapan itu dibahas, perlahan-lahan telah terjadi apa yang dinamakan sebagai polarisasi di media sosial, yakni antara kelompok yang yakin Basuki bersalah dan kelompok yang menganggap Basuki tidak bersalah.
(Baca juga: Gerakan Pengawal Fatwa MUI: Selama Ini Tersangka Penistaan Agama Selalu Ditahan)
Informasi dan pembicaraan seputar itu turut dijadikan pendukung oleh netizen saat menulis sesuatu di media sosial, seperti kegiatan Basuki hingga rencana demo susulan.
"Netizen sekarang banyak mengutip artikel di website berita tertentu yang semakin menguatkan keyakinan mereka. Sekali pun beritanya dari media abal-abal, bukan media nasional, yang penting beritanya sesuai dengan pendapat mereka. Itu semakin membentuk polarisasi yang disebutkan tadi," tutur Yose.