Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Cerita Aslih Ridwan, Ustaz yang Punya Ratusan Anak Asuh...

Kompas.com - 31/01/2017, 15:32 WIB
Sri Noviyanti

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com –
Aslih Ridwan sebelumnya tak pernah membayangkan bisa mengasuh dan mendidik ratusan anak. Jangankan memiliki angan-angan, tabungan saja tak banyak.

Keseharian Aslih yang mengajar dan berdakwah menjadikan ia kerap dilabeli sebagai tokoh masyarakat.

Itu juga yang menjadikan banyak orang datang dan berharap padanya ketika tertimpa musibah.

Perjalanan demi perjalanan menjadikan Aslih bertemu banyak orang, lengkap dengan berbagai masalahnya, mulai dari simpanan finansial hingga relasi dengan keluarga. Ia mengaku, ketika hal itu terjadi, hati nuraninya teruji.

“Pada 1990-an, ada ibu-ibu datang pada saya. Dia memohon agar saya bawa anaknya. Dia sudah tidak mampu dan mau membiayai. Terketuk hati saya, tetapi tidak tahu harus bagaimana,” ujarnya.

Tak hanya sekali. Aslih kerap menemui masalah serupa. Saat kunjungannya ke Papua, tepat di area konflik, anak-anak banyak yang merengek padanya. Mereka semua minta dibawa keluar dari tanah kelahiran.

“Mereka bilang, tolong kami. Keluarkan (kami) dari neraka,” kata Aslih mengulang kejadian hampir 20 tahun silam.

Potongan kisah itu membawa Aslih pada keadaan sekarang, menjadi bapak dari lebih kurang 300 anak asuh yang menetap dan berlindung di bawah yayasan milik dia, Media Amal Islami (MAI).

“Tiba-tiba saja, sebelum 1999, ada orang datang memberi info bahwa ada tanah wakaf di Gunung Sindur, Bogor. Saya kepikiran membuat yayasan, lalu saya datangi orang yang mau mewakafkan tanahnya itu,” tuturnya.

Singkat cerita, tanah itulah yang kemudian jadi cikal bakal yayasan yang didirikan Aslih pada 1999.

Dengan tekad, ia coba fokus menjalankan kegiatan operasional. Di antaranya, pengajian dan pembelajaran bagi anak yatim dan duafa.

Tak berhenti sampai situ, yayasan terus melebar hingga dibuatlah cabang lainnya. Masing-masing berada di Jakarta (Lebak Bulus), Cianjur (Jawa Barat), dan Curug, Parung.

Kebanyakan dari lokasi-lokasi itu adalah tanah wakaf. Aktivitasnya tak jauh berbeda, yakni kelas mengajar umum dan pengajian.

Seperti yang dilihat Kompas.com saat menemui Aslih di Jalan Lebak Bulus V, Jakarta Selatan. Di sebuah bangunan bertingkat tiga, Aslih dan pengurus lainnya mengajar anak-anak yatim. Tempat ini sekarang dijadikan kantor pusat yayasan.

Kemarin sore, Senin (30/1/2017), lantai bawah yang mirip seperti aula dipakai oleh warga belajar mengaji.

Halaman:


Terkini Lainnya

Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com