Cerita tentang kejahatan di terminal bus di Jakarta membuat Deni (20) berhati-hati saat pertama kali menginjakkan kaki di Terminal Pulo Gebang, Jakarta Timur, Selasa (7/2/2017). Ia terdiam cukup lama untuk mencari petunjuk arah lokasi angkutan kota. Namun, petunjuk arah itu tak mudah ditemukan di terminal bus yang diklaim terbesar se-Asia Tenggara itu.
"Bingung, tidak ada petunjuk arahnya. Takut didekati orang jahat juga," kata Deni yang baru tiba dari Indramayu untuk kembali ke tempatnya bekerja di kawasan Cilincing, Jakarta Utara.
Deni bersama temannya akhirnya memutuskan cari jalan keluar dari gedung terminal yang berlokasi di Jalan Cakung Cilincing Timur, Kelurahan Pulogebang, Cakung, itu.
Dari ruang kedatangan di lantai dua gedung terminal itu, Deni dua kali menuruni tangga untuk menjangkau lantai satu yang berada di dasar bangunan. Sebelum sampai di lantai satu, Deni melalui lantai mezanin yang menjadi area penjualan tiket bus AKAP.
Hampir di setiap lantai, Deni dikerumuni karyawan perusahaan otobus (PO) yang, dengan agak memaksa, menawarkan tiket bus AKAP. Deni tak menanggapinya. Ia mempercepat langkah kaki.
"Mereka menawarkan tiket bus agak memaksa, sama seperti di Terminal Pulogadung atau di Terminal Tanah Merah. Mereka malah seperti calo," ujar Deni.
Di luar gedung terminal yang berdiri di atas lahan seluas 14,17 hektar itu, Deni bersama temannya memilih duduk di tepi jalan, persis di pintu keluar bus AKAP. Hampir setengah jam, dia tak juga menjumpai angkot. Sampai akhirnya seorang kernet angkot memberitahukan bahwa tempat keberangkatan angkot berada di lantai mezanin Terminal Pulo Gebang.
"Loh, malah di sana. Tadi tidak ada petunjuk arahnya," ucap Deni yang langsung bergegas kembali masuk ke dalam gedung terminal.
Terdampar
Furqon (19) "terdampar" 35 kilometer dari lokasi yang dituju. Ia naik bus malam dari Comal, Pemalang, Jawa Tengah, akhir pekan lalu. Agen PO bus mengatakan, bus akan menurunkan penumpang di Lebak Bulus. Namun, Minggu (5/2) dini hari, ia mesti turun di Terminal Pulo Gebang.
Ia pun terpaksa gonta-ganti bus transjakarta menuju Lebak Bulus. "Ini pertama kali saya turun di Pulo Gebang," ucapnya.
Furqon tiba di Pulo Gebang pukul 01.30. Semestinya, jika sesuai janji agen, bus tiba di Lebak Bulus sekitar pukul 05.00. Tanpa diduga, ia harus kebingungan mencari tahu angkutan yang dapat membawanya dari Pulo Gebang ke Lebak Bulus.
Karyawan swasta di Ciputat, Tangerang Selatan, itu pun bergabung dengan penumpang lain yang menggunakan transjakarta. Hanya ada bus rute Pulo Gebang-Pulogadung yang tersedia untuk perjalanan dini hari. Bus transjakarta rute lainnya berhenti beroperasi sekitar pukul 23.00. Dari Pulogadung, ia berganti transjakarta tujuan Harmoni dan masih berganti lagi transjakarta ke Lebak Bulus.
Apabila biasanya ia sudah tiba di kos pukul 06.00, hari Minggu itu ia sampai kos pukul 07.30 karena harus berputar-putar dan terjebak macet.
Furqon berharap ada bus transjakarta rute Pulo Gebang-Lebak Bulus untuk mengakomodasi keputusan pemerintah memusatkan pemberangkatan dan kedatangan bus AKAP di Pulo Gebang. Bus itu harus beroperasi 24 jam.