Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok dan "Blusukan" yang Dikategorikan Kampanye yang Tak Berizin

Kompas.com - 10/02/2017, 09:54 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kegiatan "blusukan" calon gubernur nomor pemilihan dua DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok kembali dipermasalahkan. Kali ini, blusukan-nya di kawasan Tipar Cakung, Jakarta Timur, pada Kamis (9/2/2017) diduga tak berizin.

Ketua Panwascam Cakung Tomi Ronald menyebut kegiatan kunjungan Ahok di wilayahnya tak ada pemberitahuan sebelumnya. Bahkan, ia sempat adu mulut dengan relawan Ahok.

Menurut Tomi, ia telah mendapat instruksi dari Ketua Panwaskota Jakarta Timur Marhadi untuk menghentikan kegiatan Ahok tersebut. Hanya saja, Ahok tetap melanjutkan kegiatannya mengunjungi pemukiman dan menyapa warga setempat.

Hal serupa sebelumnya juga terjadi saat Ahok mengunjungi kawasan Semper Barat, Lubang Buaya, dan Kalideres. Petugas pengawas pemilu setempat menganggap kegiatan Ahok mengunjungi warga merupakan kegiatan kampanye dan harus diberitahukan maksimal 1 hari sebelum pelaksanaan.

Ahok ngotot tidak kampanye

Berulangkali kegiatannya tak berizin, berulangkali pula Ahok berdalih kegiatannya itu tak termasuk kampanye. Lantaran, menurut Ahok, dirinya tidak mengajak warga untuk memilih nomor 2 atau nomor pemilihan pasangan Ahok dengan calon wakil gubernur Djarot Saiful Hidayat.

Ahok berdalih kunjungannya adalah sebagai Gubernur non aktif DKI Jakarta. Kunjungan ke warga itu untuk mengevaluasi kinerja satuan kerja perangkat daerah (SKPD) DKI. Selain itu, kunjungan ke warga juga untuk mengetahui permasalahan di sana.

"Sekarang saya tanya, kalau saya ke lapangan periksa banjir segala macam, pernah enggak saya teriak minta orang pilih saya? Pernah enggak suruh orang pilih saya di lapangan? Saya cek banjir kenapa enggak boleh? Bebas saya mau kemana," kata Ahok, beberapa waktu lalu.

Adapun definisi kampanye berdasarkan Peraturan KPU Nomor 12 Tahun 2016 tentang Kampanye adalah kegiatan menawarkan visi misi atau informasi lain dari pasangan calon gubernur-wakil gubernur yang bertujuan mengenalkan dan meyakinkan pemilih.

Meski tak mengajak warga untuk memilih, selama kunjungan, Ahok selalu mengenakan atribut kampanye, yakni kemeja kotak-kotak. Kemudian berfoto dengan mengacungkan dua jari, serta membagi-bagikan buku "A Man Called Ahok" dan "7 Dalil Umat Islam DKI dalam Memilih Gubernur".

Selain itu, dia juga menyosialisasikan berbagai program Pemprov DKI Jakarta. Seperti pembebasan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), vaksin untuk anak-anak, Kartu Jakarta Pintar (KJP), transjakarta gratis, dan lain-lain. (Baca: Ahok: Saya Bebas Mau ke Mana Saja Selama Masa Kampanye)

Alasan timses tak laporkan kampanye Ahok

Sekretaris tim pemenangan Ahok-Djarot, Ace Hasan Syadzily, mengatakan pihaknya selalu melaporkan lokasi kampanye Ahok, secara umum.

Hanya saja, tim pemenangan tak melaporkan lokasi kampanye secara detail. Karena khawatir terjadi penghadangan kampanye di lapangan.

Beberapa kali kampanye, Ahok kerap dihadang. Alasannya karena Ahok merupakan terdakwa kasus dugaan penodaan agama.

Halaman:


Terkini Lainnya

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Megapolitan
Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Megapolitan
Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi 'Pilot Project' Kawasan Tanpa Kabel Udara

Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi "Pilot Project" Kawasan Tanpa Kabel Udara

Megapolitan
Keluarga Korban Begal Bermodus 'Debt Collector' Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Keluarga Korban Begal Bermodus "Debt Collector" Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Megapolitan
Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Tipu Keluarga Istri Kedua Supaya Bisa Menikah

Polisi Gadungan di Jaktim Tipu Keluarga Istri Kedua Supaya Bisa Menikah

Megapolitan
Ini Berkas yang Harus Disiapkan untuk Ajukan Uji Kelayakan Kendaraan 'Study Tour'

Ini Berkas yang Harus Disiapkan untuk Ajukan Uji Kelayakan Kendaraan "Study Tour"

Megapolitan
Siswa SMP Lompat dari Gedung Sekolah, Polisi: Frustasi, Ingin Bunuh Diri

Siswa SMP Lompat dari Gedung Sekolah, Polisi: Frustasi, Ingin Bunuh Diri

Megapolitan
5 Tahun Diberi Harapan Palsu, Sopir Angkot di Jakut Minta Segera Diajak Gabung ke Jaklingko

5 Tahun Diberi Harapan Palsu, Sopir Angkot di Jakut Minta Segera Diajak Gabung ke Jaklingko

Megapolitan
Seorang Perempuan Luka-luka Usai Disekap Dua Pria di Apartemen Kemayoran

Seorang Perempuan Luka-luka Usai Disekap Dua Pria di Apartemen Kemayoran

Megapolitan
Korban Begal Bermodus 'Debt Collector' di Jaktim Ternyata Tulang Punggung Keluarga

Korban Begal Bermodus "Debt Collector" di Jaktim Ternyata Tulang Punggung Keluarga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com