BOGOR, KOMPAS — Banjir bandang di RT 003 RW 004 Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (27/2) sore, mengagetkan warga. Sebenarnya, kelurahan itu telah dipetakan sebagai daerah rawan banjir dan longsor. Alih fungsi lahan adalah salah satu masalahnya.
"Sukaresmi termasuk rawan bencana banjir, bukan rawan banjir bandang," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor Ganjar Gunawan, Selasa (28/2/2017). Status itu sesuai kajian rencana induk peta risiko bencana Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) tahun 2015 dan BPBD tahun 2016.
Banjir bandang di Sukaresmi, Senin, menewaskan ibu muda dan anak balitanya. Rumah mereka diterjang aliran banjir bandang.
Camat Kecamatan Tanah Sareal Asep Kertiwa mengatakan, Kelurahan Sukaresmi berbeban ganda karena rawan banjir sekaligus longsor. Kelurahan lain yang rawan banjir yaitu Kayumanis, Kedung Badak, dan Cibadak. Adapun yang rawan longsor adalah Kedung Waringin dan Kebon Pedes. Kelurahan lainnya masuk kategori relatif aman.
Seperti diberitakan kemarin, banjir bandang menjebol tembok pagar di sisi selatan lalu tembok pagar sisi utara SMAN 2 Kota Bogor. Selanjutnya, air bercampur material menghantam rumah tiga keluarga yang berada sekitar 1 meter di bawah sekolah itu. Dua warga yang tewas adalah Anita Fauziah Fitria (25) dan Dzih Mahendra Dzikra (4).
Mahwan Suherman (37), warga yang rumahnya rusak tersapu banjir, mengatakan, kali terdekat dengan area SMA adalah Kali Palayangan. Seiring pembangunan masif di area itu, lebar kali menyempit. Salah satu yang berkontribusi menyempitkan kali adalah puing-puing bangunan.
Lebih dari 20 tahun tinggal di sana, banjir bandang Senin lalu yang pertama bagi Mahwan. Itu diamini warga lain.
"Sebelum ada tembok sekolah, air memang mengalir deras melalui selokan jika hujan, tetapi tak sampai banjir seperti kemarin," ujarnya.
Kondisi lingkungan
Secara geografis, lokasi SMAN 2 Kota Bogor dan permukiman di RT 003 RW 004 berada di bagian rendah. Dari gapura perumahan Budi Agung, menurun menuju lokasi kejadian banjir bandang. Selasa, dinding rumah yang didiami almarhumah Anita beserta suami dan dua anaknya terlihat hancur meski rumah masih berdiri.
Menurut Asep, terjadi perubahan lingkungan di area sekitar lokasi banjir bandang. Kali Palayangan, misalnya, yang konon selebar 2 meter kini hanya 1,5 meter. Penyempitan kali, antara lain, karena faktor alami, seperti tumbuhnya gulma, dan faktor manusia berupa pendirian bangunan di sempadan.
Tumbuhan liar akan dibersihkan dan pemilik bangunan liar di sempadan sudah diperintahkan membongkar rumah. Salah satu pemilik menyatakan sanggup membongkar. "Jika sampai besok (Rabu, 1/3) tidak dibongkar, kami bongkar paksa," kata Asep.
Ganjar menilai curah hujan tinggi mengakibatkan drainase tak mampu menampung debit air mengalir. Kajian cermat Dinas Pekerjaan Umum dibutuhkan.
Menurut Kepala SMAN 2 Kota Bogor Surya Setiamuliana, aliran air antara lain dari area perumahan Budi Agung, Rumah Sakit Islam Bogor, Universitas Ibn Khaldun, dan bertumpuk ke arah sekolah. Perbaikan drainase diperlukan.
Di SMAN 2 Kota Bogor, banjir bandang merobohkan tembok pagar sekitar 300 meter dan terangkatnya paving block seluas 90 meter persegi. Empat sepeda motor siswa rusak berat, tiga rusak sedang, dan 30 rusak ringan.