Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelayanan KTP-el demi Kemanusiaan

Kompas.com - 06/04/2017, 19:00 WIB

KTP elektronik itu amat berharga bagi Amenik (81). Karena itu, keluarga nenek dengan tujuh cucu tersebut meminta petugas dari Kelurahan Tegal Parang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, untuk datang ke rumah mereka yang terletak di dalam gang sempit. Para petugas sigap melayani perekaman data demi selembar KTP, Rabu (5/4/2017).

Amenik sudah empat tahun terbaring lumpuh di tempat tidur rumahnya. Dia masih berobat rutin lantaran memiliki riwayat darah tinggi dan pernah jatuh. KTP elektronik (KTP-el) dibutuhkan sebagai syarat untuk mengurus tambahan uang pensiun suaminya. Saat ini uang pensiun itu berjumlah Rp 600.000. Jika seluruh syarat terpenuhi, termasuk ada KTP-el, uang pensiun bertambah menjadi Rp 900.000.

Satu dari enam anak Amenik, Yulianto (45), mengakui tambahan uang Rp 300.000 itu amat berarti bagi keluarga mereka. Apalagi, ayah Yulianto juga sudah jompo dan tak punya penghasilan. Yulianto bekerja sebagai sopir ojek, sementara istrinya pembuat jamu. Mereka tinggal serumah dengan Amenik.

"Sebulan lalu, saya minta agar ada perekaman data untuk ibu saya di rumah kami," ujar Yulianto.

Ia menyatakan sangat terbantu dengan upaya Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil mendatangi rumah warga karena ibunya sudah tak mungkin lagi dibawa ke kelurahan untuk perekaman data.

Nilo Priasmoro (30), petugas Sudin Dukcapil Jakarta Selatan, memindai retina mata Amenik. Setelah itu, ia merekam sidik jari.

"Wah, sudah terlalu halus tangannya, sidik jarinya tak terbaca lagi," katanya.

Nilo datang bersama Kepala Seksi Pendaftaran Pelayanan Penduduk Sudin Dukcapil Jaksel Endang Susilowati dan petugas kelurahan. Mereka mengendarai sepeda motor untuk mencapai permukiman padat di Jalan Tegal Parang IV tersebut. Untuk sampai ke rumah Amenik, perjalanan harus dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 200 meter karena gang itu tidak cukup dilalui sepeda motor. Sepanjang jalan, Nilo memanggul tas seberat sekitar 20 kilogram yang berisi alat perekam, komputer jinjing, dan perlengkapan lain. Tak lupa, kain beludru biru dan merah untuk latar belakang foto.

Pada hari yang sama, tim ini juga melakukan perekaman data untuk Ida Farida (79). Ida juga sudah tak bisa berjalan karena sudah tua. Di rumah dengan garasi lebar yang diisi mobil dan sejumlah sepeda motor itu, kembali Nilo mengeluarkan peralatan perekaman. Ia tak tega memindai mata Ida yang sudah sulit terbuka dan jemarinya yang sudah kaku.

"Saya sering kasihan karena kondisi fisik warga memang sudah tidak memungkinkan. Jadi ini saya beri catatan saja, tak bisa dilakukan perekaman sidik jari dan pindai mata," katanya.

Cucu Ida, Laksmi Cordellia (33), mengatakan, neneknya membutuhkan KTP-el untuk membuat BPJS.

"Kemarin beliau masuk rumah sakit habis Rp 9 juta. Padahal, kalau pakai BPJS bisa berkurang banyak," katanya.

Endang mengatakan, pelayanan dari rumah ke rumah ini dilakukan gratis setiap Rabu sejak 2011. Pelayanan ditujukan bagi siapa pun yang sakit dan sudah mengajukan permintaan perekaman data. Pelayanan diberikan kepada warga tanpa pandang bulu, baik kaya maupun miskin, artis, pejabat, atau penyandang disabilitas.

"Semua kami layani. Dalam sepekan, 5-7 warga yang dilayani sesuai kemampuan," kata Endang.

Rabu kemarin, petugas berkeliling melayani warga dari Tegal Parang hingga belasan kilometer di Srengseng Sawah yang berbatasan dengan Depok. Dari Januari hingga April ini, sudah 40 orang memperoleh layanan serupa.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Megapolitan
Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Megapolitan
Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Megapolitan
Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Megapolitan
Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Megapolitan
Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Megapolitan
Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi 'Pilot Project' Kawasan Tanpa Kabel Udara

Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi "Pilot Project" Kawasan Tanpa Kabel Udara

Megapolitan
Keluarga Korban Begal Bermodus 'Debt Collector' Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Keluarga Korban Begal Bermodus "Debt Collector" Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Megapolitan
Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com