Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sambil Menangis, Warga Ini Mengadu ke Djarot soal Asap dari Rumah Tetangganya

Kompas.com - 15/05/2017, 10:02 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dini (50), warga Pademangan, Jakarta Utara, mengadu kepada Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (15/5/2017) pagi.

Sambil menangis, Dini melaporkan rumahnya yang terkena asap dari rumah tetangganya. Asap tersebut membuatnya sesak napas.

Menurut Dini, tetangganya tersebut membuka usaha yang berkaitan dengan paranormal. Dia mengaku sudah melapor masalah ini kepada RT/RW dan kelurahan, tetapi tak ditanggapi.

"Beneran, Pak. Saya tuh dicuekin, Pak. Saya sampai enggak bisa napas, Pak," ujar Dini sambil menangis kepada Djarot.

(Baca juga: Layani Aduan, Djarot Minta Warga Antre )

Atas aduan warga ini, Djarot menjawab, pemerintah akan mengecek lingkungan rumah Dini. Djarot juga meminta Dini kembali melapor kepada lurah setempat.

"Ya sudah, saya kan sudah bilang, sampaikan ke lurahnya, nanti kami cek. Kalau sampai lurahnya enggak gerak, kami akan cek. Kami akan lihat Ibu yang salah atau tetangga Ibu yang salah," kata Djarot.

Namun, lagi-lagi Dini mengaku aduannya itu dihiraukan oleh lurah. Dia menyebut tetangganya itu dilindungi tokoh masyarakat di sana.

Dia juga mengaku pernah melapor masalah ini kepada Gubernur non-aktif DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

"Ada preman, tokoh masyarakat yang dianggap preman begitu, jadinya di-backup. Saya pernah suratin ke Ahok, waktu itu surat saya dua bulan enggak ditanggepin sama lurahnya, saya dimaki-maki sama tokoh masyarakat," kata Dini lagi.

"Iya nanti kami cek dulu ya, kasih ke lurah dulu suratnya," jawab Djarot.

(Baca juga: Pekan Pertama Djarot Tanpa Ahok di Balai Kota...)

Dini mengatakan, sudah sekitar satu tahun asap tersebut mengganggu lingkungan rumahnya. Dini pernah menegur langsung tetangganya itu, tetapi ia malah dimarahi. Rumahnya tepat berada di samping kiri rumah orang tersebut.

"Ini kan mengganggu kesehatan. Saya saja setiap hari tersumbat hidung saya, sampai saya enggak bisa napas tiap malam. Saya tegur malah marah-marah," ujarnya.

Kompas TV Balai Kota Jakarta tetap didatangi warga yang mengantre untuk mengadukan persoalannya di meja pelayanan teras Balai Kota.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com