Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Butuh 2 Pekan untuk Angkut Puing Pembongkaran di Kalijodo

Kompas.com - 14/06/2017, 20:41 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Utara, Slamet Riyadi, mengatakan butuh waktu dua pekan untuk mengangkut seluruh sampah puing yang berasal dari pembongkaran bangunan semi-permanen di kolong tol dekat RPTRA Kalijodo.

Sampah sebanyak 200 ton itu akan dibuang ke PTSP Bantargebang, Bekasi.

Ia mengatakan, ada 10 unit truk berukuran kecil yang disiagakan untuk mengangkut sampah dari kolong tol menuju Kali Opak di Jakarta Barat. Setelah diantar ke Kali Opak, sampah kembali diangkut menuju Bantargebang menggunakan truk sampah berukuran lebih besar.

"Perkiraan saya butuh waktu dua minggu. Memang kelihatan sedikit, tapi begitu naik truk itu banyak. Dihamparkan begitu memang terlihat tidak banyak. Hari ini yang diangkut masih yang dekat pos polisi," kata Slamet saat dihubungi, Rabu (14/6/2017).

Ia mengatakan, jumlah sampah saat pembongkaran kali ini lebih sedikit dibanding pembongkaran di kolong tol tersebut beberapa waktu lalu. Pada pembongkaran pertama, jumlah sampah yang diangkut berapa kali lipat dibanding saat ini. Waktu penggangkutan pun  lebih lama lagi.

Sebanyak 100 petugas dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta dikerahkan untuk mengangkut seluruh sampah puing itu.

"Kalau bongkaran pertama lebih banyak. Yang sekarang cuma seperempatnya saja," ujar Slamet.

Pemprov DKI Jakarta membongkar 150 bedeng liar yang berdiri di kolong tol dekat RPTRA Kalijodo. Saat ini, seluruh bangunan telah diratakan. Sebanyak 1.600 personel gabungan dari kepolisian, TNI, dan satpol PP dikerahkan untuk melakukan pembongkaran tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com