Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aji Chen Bromokusumo
Budayawan

Anggota DPRD Kota Tangerang Selatan Fraksi PSI dan Anggota Komisi IV DPRD Kota Tangerang Selatan

Seni Berkendara ala Orang Indonesia

Kompas.com - 19/06/2017, 07:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Semakin hari mengemudi atau berkendara di (hampir) seluruh jalanan Indonesia sungguh merupakan petualangan dan tantangan tersendiri.

Tantangan terbesar adalah para pengendara sepeda motor yang menyemut di jalanan, terutama di Jakarta. Ditambah lagi sekarang semakin banyak mobil dengan low budget yang diistilahkan sebagai LCGC (Low Cost Green Car).

Sesungguhnya istilah LCGC ini sangat menyesatkan karena hanya seolah-olah ‘green’ (yang diidentikkan dengan irit bahan bakar); ya jelas saja karena cc kecil (biasa di kisaran 800cc-1400cc) otomatis konsumsi bahan bakar juga lebih sedikit dengan cc yang lebih besar.

Pengendara motor (hampir) selalu memosisikan dirinya sebagai ‘orang kecil’: sudah susah cari makan dengan berkendara motor, kepanasan, kehujanan, macet, berdebu, bekerja mencari nafkah untuk keluarga.

Sementara pengendara mobil juga tidak kalah parahnya. Entah itu mobil LCGC ataupun mobil mewah sekelas Lexus sekalipun, tabiat dan sepak terjang pengemudi/pengendara mobil tidak lebih baik dibanding pengendara motor.

Tidak pengemudi mobil ataupun pengendara brompit (sepeda motor) kebanyakan di jalan memang sungguh piawai berlalulintas.

Ya maklum sih, lha wong SIM’nya saja bisa dikatakan mayoritas tembakan. Tanpa pengetahuan teori mengemudi dan peraturan lalulintas yang cukup, tapi biasanya 101% pasti lulus ujian teori dan 101% juga lulus ujian praktek dan mendapatkan SIM.

Beginilah seni berkendara di Indonesia…

Beberapa kredo (sesuatu yang diimani) untuk pengendara kendaraan bermotor di jalanan:

Untuk sepeda motor:

  • Seluruh ruas jalan adalah milik pengendara motor. Arus lalulintas, verboden, dilarang belok, dilarang berputar, semua itu tak ada artinya. Lawan arus sah-sah saja demi penghematan bahan bakar dan waktu. Tidak ada arah arus lalulintas untuk pengendara motor.

  • Jangan pernah takut dengan mobil, truk, container, tronton, dan sebagainya. Jika terjadi tabrakan, srempetan, senggolan, serudukan, apapun itu, sepeda motor tak pernah salah (biar nyawa melayang sekalipun).

  • Jika melihat ada mobil menyeberang atau memberikan lampu sein tanda berbelok, gas-lah motor lebih cepat untuk sebisa mungkin menghalangi, memotong atau melaju di depannya sebelum berbelok.

  • (Khusus untuk Medan). Traffic light hanyalah asesoris. Hijau jalan terus, kuning putar gas, merah tengok kanan kiri. Tidak ada istilah stop, hanya buang-buang waktu.

  • Kolong fly-over, kolong jalan tol, kolong jembatan penyeberangan adalah tempat berteduh jika hujan, peduli amat dengan pengendara lain, sudah mending disisakan satu jalur.

  • Trotoar adalah jalur tambahan dan bukan untuk pejalan kaki. Kalau ada pejalan kaki, klakson kencang-kencang, jika tak mau minggir, makilah, pelototilah bila perlu senggollah.

  • Yang tidak setuju dengan kredo di atas berarti tidak pro rakyat kecil, tidak pro orang susah. Tidak pro rakyat kecil berarti komunis, antek PKI!

Untuk mobil (dan truk, bus, angkot):

  • Jalur di jalan tol tak ada artinya. Kalau ingin melaju di jalur paling kanan dengan kecepatan 30-40 km/jam sah-sah saja.

  • Kalau ada mobil di belakang menglakson atau memberikan tanda lampu ingin mendahului, peduli amat, itu urusan dia mencari jalur yang kosong untuk mendahului.

  • Jika terus-terusan menglakson, berhenti, makilah si pengendara, bila perlu ajak berantem.

  • Bus, truk boleh melaju di jalur mana saja di jalan tol. Kendaraan lebih kecil carilah sendiri jalurmu.

  • Bahu jalan adalah jalur tambahan, bukan jalur darurat.

  • Kecepatan tanggung, pelan tidak, kencang tidak, kiri tidak, kanan tidak, suka-suka gue lah, mobil juga mobilku.

  • Setiap ruas jalan adalah perhentian angkot untuk menaikkan dan menurunkan penumpang.

  • Ngetem penumpang sah-sah saja mau 2, 3, 4 lapis ke tengah jalan, yang penting masih tersisa satu jalur atau ¾ jalur untuk pengendara lain. Itu semua demi mengejar setoran dan sesuap nasi. (Yang tidak setuju ini, berarti komunis, antek PKI).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Megapolitan
Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Megapolitan
Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Megapolitan
Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Megapolitan
Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Megapolitan
Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Megapolitan
Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Megapolitan
Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Megapolitan
Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com