Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Djarot soal Lagu Lama Wacana Pemindahan Ibu Kota

Kompas.com - 06/07/2017, 07:24 WIB
Jessi Carina

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Wacana pemindahan ibu kota negara Indonesia merupakan wacana yang beberapa kali bergulir. Mengomentari itu, Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengenang sejarah singkat wacana pemindahan Ibu Kota tersebut.

"Beberapa puluh tahun lalu saya baca buku tentang pemikiran Bung Karno yang waktu itu tahun 1950-an, mau memindahkan Ibu Kota ke Palangkaraya," ujar Djarot, di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Rabu (6/7/2017).

Djarot mengatakan dulu persiapan pemindahan Ibu Kota sudah terlihat. Desain bangunan dan lainnya sudah tersedia di Palangkaraya tapi hingga kini belum terwujud.

"Pada zaman Pak Harto pernah juga Ibu Kota mau digeser ke Jonggol, itu juga tidak bisa dilaksanakan. Kemudian ada juga pemikiran bagaimana kalau Bogor? Bogor juga sulit," ujar Djarot.

Djarot menilai belum terealisasinya wacana memindahkan Ibu Kota selama beberapa era kepemimpinan menunjukkan bahwa wacana tersebut tidak bisa dieksekusi dengan mudah.

"Karena memindahkan Ibu Kota itu kan bukan hanya memindahkan gedung tapi juga infrastruktur, bukan hanya hardware-nya tapi juga software," ujar Djarot.

(baca: Pemindahan Ibu Kota, Pusat Pemerintahan, atau Keduanya?)

Saat Ibu Kota pindah, kantor-kantor kementerian juga akan pindah ke Ibu Kota yang baru. Begitu pula dengan kantor-kantor kedutaan besar berbagai negara.

Djarot mengatakan masalah ini bukan hanya menyangkut kebutuhan anggaran. Pemindahan Ibu Kota juga harus melalui kajian mendalam. Meski demikian, dia menyerahkan semuanya kepada pemerintah pusat.

"Di Malaysia, Ibu Kota Kuala Lumpur dipindah, tapi (pindahnya) tidak jauh dari Kuala Lumpur dan membuat kajiannya lengkap. Kalau kami di Jakarta ya terserah pemerintah pusat bagaimana kajiannya," ujar Djarot.

Melegakan Jakarta

Djarot menilai tidak ada dampak negatif bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bila Ibu Kota negara dipindah dari Jakarta ke daerah lain. Bahkan, kata Djarot, hal itu justru melegakan. 

"Kalau seumpama seperti itu, malah lega kita, ya tho?" ujar Djarot.

Djarot mengungkapkan, idealnya Ibu Kota negara fokus menjadi kota pemerintahan. Namun, hal itu tidak terjadi di Jakarta yang kini menjadi pusat pemerintahan, sekaligus pusat dagang hingga industri.

Meski melegakan, Djarot tetap beranggapan bahwa pemindahan Ibu Kota tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat. 

"Jadi kalau kami di DKI ya siap-siap saja, tetapi saya tidak yakin pemindahan itu bisa dilakukan dalam satu atau dua tahun ini," ujar Djarot. 

Kompas TV Wacana pemindahan Ibu Kota negara Indonesia ditanggapi oleh Presiden Joko Widodo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com