DEPOK, KOMPAS.com - Dalam buku "Kesultanan Majapahit: Fakta Sejarah yang Tersembunyi" karya Herman Sinung Janutama ditulis Majapahit merupakan kerajaan Islam, bukan kerajaan Hindu.
Ditemui saat menjadi pembicara dalam sebuah diskusi di Depok, Sabtu (8/7/2017), Herman mengaku punya literasi yang kuat dalam penyusunan buku tersebut. Dia juga menyatakan menggunakan metodologi yang berbeda dari sejarawan lain.
"Perkara sahabat-sahabat arkeolog dan sejarawan menggunakan metodogi yang warisan kolonial, silakan saja. Tapi saya juga ingin mengajukan cara lain, yakni dengan metodologi mardi kawi," ucap Herman.
(baca: Kenapa Buku "Kesultanan Majapahit" Baru Viral Sekarang?)
Dari hasil penelitian yang dia dapatkan, Herman menyebut Majapahit sudah berstatus kerajaan Islam sejak awal berdiri. Dia juga menyebut penyebaran agama Islam di Pulau Jawa sudah terjadi sebelum ada kerajaan Majapahit.
Sebab, kata Herman, dalam beberapa halaman pada kitab Negarakertagama memuat tulisan berbahasa Arab, seperti tulisan Lailahailallah dan hisbullah. Selain itu, Herman menyebut pada salah satu bagian koin emas dan perak yang digunakan pada zaman Majapahit ada yang memuat tulisan Lailahailallah, dan bagian yang lain memuat gambar Khrisna serta Semar.
"Dan (koin) ini sudah ada 200 tahun sebelum Majapahit berdiri. Jadi bukan hanya Majapahit yang menggunakannya," ucap Herman.
(baca: Gaj Ahmada Viral dan Diolok-olok, Apa Kata Penulis Buku?)
Warisan kolonial
Herman juga meyakini status Majapahit sebagai kerajaan Hindu merupakan catatan dari pemerintah kolonial Belanda yang berbeda dengan fakta sebenarnya.
"Itu ada dalam histografi kolonial," kata Herman.
Pria asal Yogyakarta itu mengatakan dalam fakta yang sebenarnya, Majapahit merupakan kerajaan Islam. Herman menilai Majapahit sebagai kerajaan Hindu lebih disebabkan hegemoni negara-negara barat.
"Jadi bukan masalah ilmiah dan tidak ilmiah. Ini masalah hegemoni kan bahwa sekarang yang metodologinya menggunakan versi barat, monggo," ujar Herman.