Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komunitas Rajut Kejut, "Merajut" Keberagaman di Ruang Publik

Kompas.com - 17/08/2017, 13:29 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah hiruk pikuk warga yang sedang menyaksikan jalannya upacara HUT RI di Istana Merdeka melalui layar besar, terdapat sekumpulan ibu-ibu yang asik merajut di Taman Pandang Istana. Benang-benang rajutan dihamparkan di hadapan mereka.

Sambil bercengkrama, mereka yang siang itu kompak berpakaian serba merah merajut benang-benang itu hingga menjadi pola yang indah. Mereka adalah komunitas Rajut Kejut yang sering membuat acara merajut bersama di ruang publik.

"Kenapa di ruang publik? Ini supaya mempopulerkan kembali dan supaya orang senAng lagi dengan kerajinan seperti ini," ujar penggiat Rajut Kejut, Harjuni Rochajati, di Taman Pandang Istana, Kamis (17/8/2017).

Hari ini, mereka membawa hasil rajutan bernuansa merah putih yang dibentuk lingkaran. Tengah rajutan tersebut bolong, sehingga bisa digunakan sebagai frame orang-orang yang ingin berfoto.

Dengan merajut, para anggota komunitas ini ingin ikut memeriahkan Hari Ulang Tahun ke-72 Republik Indonesia. Tidak hanya itu, mereka juga bisa belajar untuk menghargai keberagaman melalui kegiatan ini.

Kominitas Rajut Kejut sedang merajut di Taman Pandang Istana, Kamis (17/8/2017). KOMPAS.com/JESSI CARINA Kominitas Rajut Kejut sedang merajut di Taman Pandang Istana, Kamis (17/8/2017).
"Di sini kita ada yang masih muda ada yang sudah oma-oma. Kemudian semua yang kita rajut ini berwarna-warni melambangkan perbedaan, tetapi indah. Jadi ini kami menanamkan keberagaman juga," ujar Harjuni.

Biasanya, komunitas Rajut Kejut melakukan kegiatan membungkus pohon dan kursi taman dengan rajutan. Semua penggiat yang ingin berpartisipasi bisa mengirimkan hasil rajutan mereka dan mengirimkannya ke komunitas Rajut Kejut.

Nantinya, tim dari Rajut Kejut akan menyatukan potongan rajutan itu supaya bisa membungkus pohon-pohon. Namun, hari ini Rajut Kejut tidak melakukan hal itu. Mereka hanya menyediakan hasil rajutan untuk dipakai berfoto.

Rajutan dan kebebasan berekspresi

Dengan merajut, Harjuni ingin mensyukuri kemerdekaan Indonesia. Dia merasa menjadi orang yang beruntung karena bisa mendapatkan kebebasan berekspresi dari negara yang merdeka.

"Kita mau bikin karya ini semau kita yang menurut kita bagus dan bisa diekspresikan di ruang publik. Buat kami, itu sesuatu yang cukup menyenangkan," kata dia.

(Baca: Sudah Punya 18 Buyut, Mbah Umi Rajut Baju dan Topi di Pinggir Jalan)

Anggota Rajut Kejut lainnya, Kamila, mengatakan kemerdekaan artinya bisa berbuat apa pun yang kita mampu. Kamila menilai merajut merupakan salah satu bentuk kemerdekaan itu sendiri.

"Itu seperti kebebasan berekspresi yang bertanggung jawab," ujar Kamila.

Kamila sendiri merupakan salah satu pengrajin kerajinan rajutan. Kamila sering membawa serta anaknya setiap mengikuti kegiatan Rajut Kejut.

"Karena kalau enggak ajak generasi yang kecil-kecil, siapa lagi penerusnya," kata dia.

Belajar sabar dan berbagi

Kamila merasa senang bisa bergabung di komunitas itu. Sebab, dia bisa menyalurkan hobinya untuk kegiatan-kegiatan sosial. Misalnya seperti merajut untuk mempercantik ruang publik Jakarta.

Selain itu, Rajut Kejut juga pernah membuat acara untuk anak-anak penderita kanker. Mereka diberi gelang dan topi-topi rajutan. Kesempatan untuk berbagi kepada sesama membuat Kamila merasa senang dengan dunia rajut merajut.

"Jadi selain untuk mencari uang, hobi ini juga untuk mengisi jiwa kita," kata Kamila.

Sementara bagi Harjuni, merajut bisa melatif self control masing-masing. Merajut membuat dia selalu tenang dan tidak gegabah dalam bersikap. Selain itu, merajut juga sangat melatih kesabaran.

"Misalnya ketika kita mengajar orang yang baru pertama kali merajut. Ini melatih kesabaran gurunya. Saat saya sudah tidak sabar lagi, saya langsung ingat dulu saya juga tidak bisa," ujar Harjuni.

Di samping itu, merajutnya sendiri membutuhkan kesabaran. Harjuni mengatakan merajut bukanlah kegiatan yang sekali duduk langsung selesai. Tak jarang rajutan harus dibongkar ketika ada pola yang salah.

"Itu menurut aku hidup itu memang begini. Kalau kita terburu-buru, belum tentu berhasil dengan baik," ujar Harjuni.

Kompas TV Rajut Tangan Bisa Dikreasikan ke Beragam Produk
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Megapolitan
Aksinya Tepergok, Pencuri Motor Babak Belur Diamuk Warga di Pasar Minggu

Aksinya Tepergok, Pencuri Motor Babak Belur Diamuk Warga di Pasar Minggu

Megapolitan
Polisi Temukan Ganja dalam Penangkapan Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez

Polisi Temukan Ganja dalam Penangkapan Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez

Megapolitan
Bukan Hanya Epy Kusnandar, Polisi Juga Tangkap Yogi Gamblez Terkait Kasus Narkoba

Bukan Hanya Epy Kusnandar, Polisi Juga Tangkap Yogi Gamblez Terkait Kasus Narkoba

Megapolitan
Diduga Salahgunakan Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap di Lokasi yang Sama

Diduga Salahgunakan Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap di Lokasi yang Sama

Megapolitan
Anies-Ahok Disebut Sangat Mungkin Berpasangan di Pilkada DKI 2024

Anies-Ahok Disebut Sangat Mungkin Berpasangan di Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Megapolitan
Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com