Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjajal Bus Kota di Bangkok, Jelek di Luar tapi Bagus di Dalam

Kompas.com - 28/08/2017, 08:48 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


BANGKOK, KOMPAS.com -
Jika berkunjung ke Kota Bangkok, maka akan menemukan bus-bus kota yang secara kasat mata kondisinya sudah tua. Dinding luar bus catnya terlihat sudah mulai kusam, bahkan ada beberapa bagian yang catnya sudah mengelupas.

Sepintas, kondisi bus-bus kota di sana sangat mirip dengan kondisi bus-bus tua milik PPD ataupun Mayasari Bakti di Jakarta.

Meski kondisi luarnya terbilang jelek, namun tidak ada bus kota di Bangkok yang knalpotnya mengeluarkan asap hitam seperti sejumlah bus yang kerap melintas di Jakarta.

Berdasarkan pengalaman saat Kompas.com menjajal bus kota di Bangkok pada pekan lalu, kondisi di dalam bus lebih terawat dan tergolong masih bagus.

Bus yang dijajal adalah bus trayek 510 yang melayani rute dari kawasan Don Mueang ke Victory Monument di pusat kota.

Kondisi bagian dalam dari salah satu bus kota yang ada di Bangkok, Thailand.Kompas.com/Alsadad Rudi Kondisi bagian dalam dari salah satu bus kota yang ada di Bangkok, Thailand.

Sebanyak tiga kali Kompas.com menjajal bus di rute tersebut, dan kondisi bagian dalam dari seluruh bus yang dinaiki sangat baik.

Bus-bus itu memiliki kursi berbusa, pendingin ruangan yang masih berfungsi dengan baik walaupun dalam kondisi padat penumpang.

Di Bangkok hanya ada satu jenis bus yang menjadi transportsi umum, yakni jenis bus besar. Tidak ada bus kecil, bus sedang, ataupun bus gandeng seperti yang bisa ditemui di Jakarta.

Mengenai cara pembayaran, sistem yang berlaku masih seperti layanan bus-bus kota reguler yang ada di Jakarta. Penumpang naik ke dalam bus, duduk, dan nantinya akan ada kondektur yang menagih ongkos penumpang.

Tidak ada layanan bus dengan sistem pembayaran non tunai melalui kartu seperti saat ingin naik bus Transjakarta.

Namun yang membedakan antara bus kota di Bangkok dengan bus kota reguler di Jakarta adalah, kondektur bus kota di Bangkok mengenakan seragam resmi. Mereka juga memberikan tiket bukti pembayaran kepada penumpang yang telah membayar ongkos.

Tidak hanya itu, bus juga hanya akan berhenti untuk mengambil dan menurunkan penumpang di halte. Jadi jangan harap bus akan berhenti saat ada calon penumpang yang menyetop tidak di halte.

(baca: Royaltrans, Bus Transjakarta untuk Mereka yang Merasa Kaya)

Salah satu bus kota yang sedang melintas di Bangkok, Thailand.Kompas.com/Alsadad Rudi Salah satu bus kota yang sedang melintas di Bangkok, Thailand.

Hal serupa juga berlaku terhadap penumpang di dalam bus yang hendak turun. Tarif yang berlaku juga tergolong murah.

Untuk rute dari Don Mueang ke Victory Monument yang jaraknya mencapai sekitar 21 kilometer, tarif yang dikenakan hanya sekitar 20 Baht yang setara dengan sekitar Rp 8.000.

Cukup murah jika dibandingkan dengan layanan taksi aplikasi yang dengan jarak yang sama dikenakan tarif sekitar 263 Baht atau setara dengan Rp 105.000.

Kebanyakan rute bus kota di Bangkok bersinggungan dengan rute layanan kereta perkotaan yang ada di sana, yakni BTS Skytrain.

Sehingga jika jalan raya sedang macet dan berdampak terhadap tersendatnya laju bus, penumpang bus bisa turun dan mencari stasiun BTS terdekat untuk melanjutkan perjalanannya.

Kompas TV Bang Yos adalah TransJakarta yang beroperasi sejak 15 Januari 2004
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com