Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kami Direkomendasikan Pemkot Jualan di Sini, tetapi Kini Ditertibkan"

Kompas.com - 29/08/2017, 21:16 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - PT KAI melakukan penertiban terhadap sejumlah pedagang bunga yang berjualan di sekitar Stasiun Klender Baru, Cakung, Jakarta Timur, Selasa (29/8/2017).

Penertiban dilakukan karena lahan yang dipakai pedagang untuk berjualan tersebut merupakan lahan untuk pembangunan double double track dan perluasan stasiun oleh PT KAI.

Berdasarkan pantauan Kompas.com di lokasi usai penertiban, tampak sejumlah lapak pedagang bunga telah roboh.

Begitu juga dengan tanaman yang sebelumnya diletakan di atas trotoar, telah dipindahkan ke ruas jalan.

Akibatnya, jalan di Stasiun Klender Baru semakin sempit. Hal itu juga menyebabkan kepadatan lalu lintas.

(Baca juga: PKL yang Bertahan di Tengah Maraknya Penertiban Trotoar)

Perwakilan pedagang bunga, Torang Simbolon, mengatakan bahwa PT KAI telah menyampaikan surat pemberitahuan kepada para pedagang pada 24 Agustus. Isi surat tersebut meminta para pedagang untuk pindah.

Namun, karena tak ada lokasi baru yang kosong, pedagang bunga tetap bertahan di lokasi tersebut.

Torang mengatakan, lokasi yang saat ini mereka tempati merupakan rekomendasi dari Pemerintah Kota Jakarta Timur.

Ini karena di lapak mereka yang sebelumnya, yakni di daerah Buaran, sedang dilakukan pembangunan trotoar.

PT KAI menertibkan pedagang bunga yang berjualan di sekitar kawasan Stasiun Klender Baru, Jakarta Timur. Penertiban dilakukan karena lahan tersebut akan digunakan untuk pembangunan double double track dan perluasan Stasiun Klender Baru, Selasa (29/8/2017)Kompas.com/David Oliver Purba PT KAI menertibkan pedagang bunga yang berjualan di sekitar kawasan Stasiun Klender Baru, Jakarta Timur. Penertiban dilakukan karena lahan tersebut akan digunakan untuk pembangunan double double track dan perluasan Stasiun Klender Baru, Selasa (29/8/2017)
Para pedagang pindah ke kawasan Stasiun Klender Baru sekitar Oktober. Pihak stasiun memang telah menegur para pedagang untuk tidak berjualan.

Namun, karena adanya rekomendasi dari Pemkot Jaktim, pedagang kekeh berjualan di lokasi itu.

"Kami direkomendasikan jualan di sini atas rekomendasi hasil rapat koordinasi, tetapi sekarang harus pindah. Kami enggak tahu harus ke mana," ujar Torang.

(Baca juga: Pedagang Tanaman Hias di Jalan I Gusti Ngurah Rai Ditertibkan )

Ia mengatakan, karena teguran yang terus dilakukan oleh pihak stasiun, pedagang bunga akhirnya meminta Pemkot Jaktim untuk mencarikan lokasi lain.

Pemkot Jaktim lantas menawarkan para pedagang untuk menempati lokasi di Pondok Kelapa. Namun, lokasi itu terbilang sempit.

Dari 35 pedagang bunga, hanya 25 pedagang yang bisa menempati lapak tersebut. Pedagang juga telah bersurat ke Pemprov DKI yang ketika itu masih dipimpin Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Menurut Torang, Ahok saat itu mengizinkan para pedagang untuk berjualan di sekitar Terminal Pulogadung dengan syarat tidak membuat kemacetan.

Rekomendasi lokasi itu atas permintaan dari pedagang bunga. Namun, tak ada jawaban dari Pemkot Jaktim. Pemkot meminta pedagang bunga untuk tetap berjualan di Pondok Kelapa.

Pedagang bunga kemudian kembali mengirimkan surat permintaan relokasi ke dua tempat, yaitu Jalan Alo-alo Kelurahan Jati, dan di sisi Banjir Kanal Timur depan Rusun Rawa Bebek. Namun, hingga lapak pedagang digusur, tak ada jawaban dari Pemkot Jaktim.

"Kami hanya meminta tempat, sampai sekarang tak ada dijawab. Kami seperti tidak dimanusiakan. Kami ini sudah masuk ke dalam UMKM, kami juga bayar retribusi Rp 60.000 per pedagang per bulan. Tapi kok jadinya seperti ini," ujar Torang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com