Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lelang Konsolidasi dan Parsial, Apa Plus Minusnya?

Kompas.com - 26/10/2017, 19:19 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah mengatakan ada catatan pada setiap sistem lelang baik konsolidasi dan parsial. Ketika Pemprov DKI menggunakan sistem lelang parsial, semua proyek pembangunan ditangani oleh satu kontraktor.

Namun, ada catatan-catatan negatif terkait sistem lelang parsial tersebut.

"Dulu dengan lelang parsial itu catatannya kualitas jadi tidak maksimal, yang kedua kelengkapan dari pengusaha banyak yang belum terpenuhi. Misalnya alamat kantornya ada di rumah tinggal," ujar Saefullah di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Kamis (26/10/2017).

Hingga akhirnya, Pemprov DKI Jakarta mengubah sistem lelang menjadi lelang konsolidasi. Dengan menggunakan sistem lelang konsolidasi, lelang terhadap proyek pembangunan tidak lagi dilakukan dalam skala kecil, tapi harus skala besar dengan cara menggabungkan beberapa kegiatan proyek. 

Baca juga : Sekda DKI: Lelang Konsolidasi atau Parsial, Tunggu Arahan Gubernur

Dengan demikian, satu proyek pembangunan tidak hanya dilakukan oleh satu kontraktor saja. Satu kontraktor bisa mengerjakan gabungan dari beberapa proyek pembangunan.

Saefullah mengatakan kualitas pembangunan yang menggunakan lelang konsolidasi justru lebih baik sebab biasanya dibangun oleh kontraktor besar. Namun, kata Saefullah, lelang konsolidasi juga memiliki sisi negatif.

"Ternyata setelah dengan perusahaan besar ini di lapangan juga timbul persoalan lain. Kenapa? Karena ada pekerjaan yang disubkontrakan,"kata Saefullah.

"Ini kan sudah merugikan pengusaha kelas menengah ke bawahnya. Belum apa-apa mereka sudah dapat harga di bawah kontrak. Itu kan kurang adil," tambah Saefullah.

Baca juga : Tak Berpihak pada Pengusaha Kecil, Sandi Kaji Ulang Lelang Konsolidasi di Era Ahok

Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno sendiri sudah mengungkapkan rencananya untuk menghapus lelang konsolidasi yang dimulai sejak zaman Basuki Tjahaja Purnama itu.

Namun, kata Saefullah, hal itu masih sebatas wacana. Semua sisi positif dan negatif kedua sistem lelang itu akan dikaji kembali.

"Nanti dengan analisis itu semua, Pak Gubernur yang memberikan arahan. Mungkin ada pekerjaan yang perlu dikonsolidasi ada pekerjaan-pekerjaan yang parsial. Nanti Pak Gubernur yang mengambil keputusan," kata Saefullah.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Viral Video Maling Motor Babak Belur Dihajar Massa di Tebet, Polisi Masih Buru Satu Pelaku Lain

Viral Video Maling Motor Babak Belur Dihajar Massa di Tebet, Polisi Masih Buru Satu Pelaku Lain

Megapolitan
Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Megapolitan
Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Megapolitan
Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut   Investasi SDM Kunci Utama

Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut Investasi SDM Kunci Utama

Megapolitan
Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Megapolitan
Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Megapolitan
Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Megapolitan
Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

Megapolitan
DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com