Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kebutuhan Tidak Imbang, Lebih Banyak Ojeknya daripada Penggunanya"

Kompas.com - 16/11/2017, 14:09 WIB
Stanly Ravel

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Menjamurnya ojek online di DKI Jakarta dinilai tidak dibarengi dengan tingkat kebutuhan masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya ojek online yang memenuhi hampir di setiap sudut Ibu Kota.

Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi dan pengamat transportasi Darmaningtyas menjelaskan, hal ini sudah menjadi konsekuensi logis yang seharusnya sejak dulu ditangani.

Baca: Anies-Sandi Pertimbangkan Ojek Daring Sebelum Tata Tanah Abang

"Itu kan terjadi akibat demand dan supply yang tidak imbang. Artinya antara kebutuhan ojek online dan yang menggunakan lebih banyak ojeknya," ucap Darmaningtyas saat dihubungi Kompas.com, Kamis (16/11/2017).

Kondisi ini malah membuat sejumlah wilayah di Ibu Kota menjadi macet akibat ojek online yang sering mangkal di sembarang tempat. 

Bahkan, ada beberapa fasilitas umum yang justru dijadikan pangkalan untuk menunggu "orderan" dari konsumen, mulai dari pertigaan jalan, badan jalan, trotoar, halte, sampai lokasi-lokasi yang teduh, seperti di bawah flyover dan jembatan penyeberangan.

"Efeknya mereka jadi mangkal, ngetem, seperti ojek pangkalan (opang). Bedanya opang justru lebih tertib karena ada pangkalan yang sifatnya permanen dan tidak ganggu lalu lintas," kata Darmaningtyas.

Ojek Online yang manggkal di bawah kolong flyover dekat Stasiun Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (16/11/2017).Stanly Ojek Online yang manggkal di bawah kolong flyover dekat Stasiun Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (16/11/2017).

Darmaningtyas mengatakan, harus ada tindakan yang diambil, baik dari pihak penyedia jasa ojek online maupun pemerintah pusat. Jika didiamkan, kondisinya nanti akan semakin parah, terutama terkait fasilitas umum yang diubah menjadi tempat mangkal.

Baca: "Mangkal" Seenaknya, Ojek "Online" Jadi Penyebab Kemacetan

"Harus ada penertiban. Konsekuensinya harus diambil dari dua belah pihak (pemerintah dan penyedia jasa). Harusnya ada pembatasan yang dilakukan penyedia jasa, jangan hanya cari keuntungan dengan terus menambah mitra tanpa memikirkan dampak di lapangan. Kalau mau mereka sediakan lokasi mangkal yang terpadu," ucap Darmaningtyas.

Pemerintah, lanjut Darmaningtyas, harusnya segera membuat aturan main untuk ojek online seperti yang sudah dibuat untuk taksi. Harus ada keseimbangan sebelum nantinya terlalu semrawut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com