Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panen Raya, Harga Beras Segera Turun

Kompas.com - 12/02/2018, 08:56 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

KARANGANYAR, KOMPAS.com - Sebagian besar sawah di Sragen dan Karanganyar, Jawa Tengah, menguning tanda padi siap dipanen. Ketika Kompas.com mengunjungi sejumlah daerah persawahwan di wilayah ini pada Kamis dan Jumat (8-9/2/2017) pekan lalu, puluhan buruh tani sibuk menebas dan menggotong padi ke pinggir jalan.

Di pinggir jalan, mesin-mesin trasher merontokkan padi dari tangkainya. Di rumah-rumah dekat sawah, gabah menutupi pekarangan hingga teras rumah. Di atas plastik, gabah dijemur sebelum diproses menjadi beras.

Gabah itu kemudian dibeli oleh penebas atau tengkulak. Mereka yang kemudian memproses gabah menjadi beras dan menjualnya ke pedagang.

Baca juga : Mencari Beras untuk Warga Ibu Kota

Di tengah melonjaknya harga gabah dan beras, panen ditunggu-tunggu oleh para pemasok agar gabah segera datang dan gudang mereka penuh kembali. Salah satunya Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya sebagai pengelola Pasar Beras Induk Tjipinang.

Hingga Februari ini, harga beras kualitas medium terpantau sempat melonjak hingga Rp 13.600 per kilogram, melewati batas Harga Eceran Tertinggi (HET) sebesar Rp 9.450 per kilogram. Stok di Cipinang belum optimal, hanya ada 21.000 ton dari idealnya 30.000 ton.

"Harga di Pasar Induk saat ini turun 2-3 persen tapi angkanya masih tinggi dibanding sebelumnya. Jadi mengenai stok itu kami akan jaga terus di atas 20.000 ton," kata Arief.

Ia mengatakan ketika panen berlangsung, akan ada jeda beberapa hari untuk memproses gabah menjadi beras. Setelah itu, beras akan dipasok memenuhi daerah setempat. Sisanya kemudian mengisi gudang di Cipinang.

Ketika stok di Cipinang dan tempat lain berlimpah, harga beras akan turun.

"Pertengahan Februari sampai satu bulan harga akan kembali. Kami inginnya berdoa supaya panen lancar, nggak ada wereng, banjir, atau disaster," ujar Arief.

Petani mengangkut hasil panen di Sragen, Jawa Tengah.KOMPAS.com/NIBRAS NADA NAILUFAR Petani mengangkut hasil panen di Sragen, Jawa Tengah.
Khawatir cuaca

Sementara itu, sejumlah petani di Jawa Tengah mengeluhkan hujan yang terus-menerus turun. Cuaca membuat gabah yang baru dipanen tak bisa dijemur di bawah terik matahari.

"Hasil di sini melimpah tetapi cuaca ekstrem," kata Yasin, petani di Demak.

Yasin menyayangkan jika padi varietas mentik wangi yang dikembangkannya akan jadi beras berkualitas buruk jika tak segera dikeringkan. Pengeringan dibutuhkan untuk menurunkan kadar air beras hingga di bawah 14 persen. Ia khawatir kerja keras selama beberapa bulan terakhir tak berbuah keuntungan jika gabab tak bisa dikeringkan.

Baca juga : Januari 2018, Harga Gabah Kering dan Beras Naik

"Akhirnya jadi jual basah ke pembeli, kemarin keburu lepas padahal kalau tunggu kering harga sampai Rp 7.000 per kilogram yang kering giling, rasanya nyesel kecewa jual murah basah," kata Yasin.

Senada dengan Yasin, Setiarma dari Sukahrjo juga mengatakan keberhasilan penjualan panen tergantung pada cuaca. Jika petani tak mampu mengeringkan padi secara alami, mereka terpaksa menjual dengan harga lebih murah ke tengkulak. Tengkulak bisa mengambil selisih keuntungan lebih besar dari petani dan pedagang beras.

"Ini bagaimana supaya pas hujan bisa tetap jemur, bisa jaga kualitas. Karena kualitas ini utama, tidak bisa kami abaikan, karena nilai harganya bisa turun," kata Setiarma.

Ia berharap alih-alih menyubsidi benih dan pupuk dengan kualitas buruk, pemerintah bisa membantu petani memiliki mesin pengering gabah.

"Kalau petani fasilitas teknologinya saja dibantu, alat-alat seperti blower, pengering itu paling kami butuhkan," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Megapolitan
Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Megapolitan
Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Megapolitan
Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Megapolitan
Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Megapolitan
Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Megapolitan
Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Megapolitan
Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Megapolitan
Polisi Masih Buru Pemasok Narkoba ke Rio Reifan

Polisi Masih Buru Pemasok Narkoba ke Rio Reifan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com