Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pro-Kontra Warga soal Perluasan Ganjil-Genap di Jakarta

Kompas.com - 23/05/2018, 22:33 WIB
David Oliver Purba,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com- Sejumlah pengendara mobil mengkritik rencana perluasan wilayah ganjil-genap selama pelaksanaan Asian Games 2018.

Hendri misalnya, menilai perluasan ganjil-genap hingga ke Jalan HR Rasuna Said akan mempersulit aksesnya menuju kantor. Adapun Hendri berkantor di salah satu perusahaan di sekitar Jalan HR Rasuna Said.

"Jadi susah kalau di sana juga diterapkan ganjil-genap, sudah lah di jalan-jalan yang sebelumnya sudah diterapkan saja, tidak perlu diperluas," ujar Hendri saat ditemui di kawasan Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (23/5/2018).

Hendri tak yakin perluasan sistem ganjil-genap itu bisa mengurai kemacetan selama Asian Games.

Baca juga: INFOGRAFIK: Perluasan Kawasan Ganjil-Genap Selama Asian Games 2018

Hendri mencontohkan, kemacetan yang masih terjadi meski kawasan penerapan ganjil-genap telah dilaksanakan di Jalan Sudirman maupun di MH Thamrin.

Hendri lebih setuju jika jadwal sistem ganjil-genap di seluruh kawasan yang telah diterapkan ganjil-genap dipercepat.

Sebelumnya Jalan Sudirman-Thamrin telah diberlakukan aturan baru yaitu dimulai pukul 06.00 hingga 10.00 dari sebelumnya pukul 07.00 hingga 10.00 untuk mengurai kemacetan sebagai imbas penerapan ganjil-genap di ruas tol Cikampek dan Cibubur.

"Kalau mau dipercepat saja seperti di Thamrin, daripada diperluas bikin susah saja," ujar Hendri.

Seorang pengemudi taksi online, Wendi juga tak setuju sistem ganjl-genap diperluas hingga ke HR Rasuna Said dan Arteri Pondok Indah.

Baca juga: Selama Asian Games, 100 Polisi Ditambah untuk Awasi Ganjil-Genap

Wendi mengatakan, hampir setiap hari dia mengantarkan maupun mengambil penumpang di sejumlah wilayah di Jakarta Selatan termasuk dua wilayah tersebut.

Wendi mengkhawatirkan rencana itu bisa mengurangi pendapatannya. Adapun Wendi bekerja mulai pukul 07.00 hingga sore hari.

"Cukup di jalan-jalan yang sudah biasa saja, enggak perlu ditambah. Kalau ditambah driver kayak saya susah cari duit, lagian saya taat juga kok sama aturan lalu lintas," ujar Wendi.

Hal berbeda disampaikan Arif. Pegawai swasta di salah satu perusahaan di kawasan Jalan Sudirman ini mendukung rencana tersebut.

Baca juga: Selama Asian Games, Sistem Ganjil Genap Berlaku 15 Jam Per Hari

 

Arif menilai diperlukan penanganan kemacetan secara khusus agar Asian Games bisa sukses dilaksanakan.

"Jangan karena macet, Asian Games jadi enggak sukses, kan malu-maluin namanya. Kalau saya sih dukung-dukung saja, toh saya dengar cuma waktu Asian Games, lepas itu ya seperti biasa," ujar Arif.

Halaman:


Terkini Lainnya

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com