JAKARTA, KOMPAS.com - Lebih dari 100 pesan langsung (direct message) masuk ke kotak surat admin akun @dramaojol.id di aplikasi Instagram dan LINE@ setiap hari.
Pesan-pesan tersebut berisi usulan konten dari para pengikut (follower) akun yang menceritakan kehidupan para pengemudi dan penunpang ojek online (ojol) tersebut.
Admin @dramaojol.id Febriansyah Ramadhan mengatakan, konten yang diunggahnya memang murni berasal dari sumbangan para follower.
"Konten itu sudah mandiri sama sekali, jadi sudah engga pernah ambil dari sumber-sumber lain lagi. Dulu biasanya saya dapat dari media sosial atau media elektronik yang mengkompilasi," kata dia saat berbincang dengan Kompas.com, Senin (28/5/2018).
Baca juga: Cerita Febri Membantu Sesama Lewat Akun Dramaojol.id
Ia mengatakan, tidak ada tips dan trik khusus dalam memilah dan memilih konten-konten tersebut. Ia hanya menyebut bahwa pemilihan konten yang diunggahnya dipengaruhi suasana hati atau mood-nya.
"Kalau mood kita lagi bagus, ngeliat konten lucu nih akan kita save kan buat beberapa waktu ke depan. Tetapi, kalau mood kita lagi hancur, yang lucu itu akan jadi biasa aja buat kita," ujar dia.
Tidak SARA
Febri mengatakan, tidak banyak syarat sebuah konten layak diunggah. Bagi dia, selama tidak menimbulkan keresahan maka konten itu dapat diunggah.
"Nggak ada kriteria khusus ya, asal dia lucu gitu entah dia lucu, entah dia memotivasi, entah dia bisa memberi inspirasi. Selama dia nggak menyinggung SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan ya oke sih," katanya.
Selain konten yang menyinggung SARA, Febri juga enggan mengunggah konten-konten yang berhubungan dengan ketidakpuasan pelanggan.
Menurut dia, hal itu bisa merugikan orang lain dan lebih baik diselesaikan lewat jalur customer service ketimbang diviralkan melalui media sosial.
Ia juga menegaskan, seluruh konten yang diunggah merupakan kejadian asli tanpa rekayasa. Ia mengakui, banyak yang mengira konten-konten tersebut adalah hasil sandiwara.
"Perihal sandiwara atau ngga, saya balikin ke mereka. Toh saya bikin sebenarnya emang cuma buat hiburan. Dibilang fake atau enggak itu juga bukan urusan saya," katanya.
Ia mengatakan dapat memilah konten mana yang terindikasi rekayasa maupun asli.
"Ya dari font aja bisa keliatan sih, tata cara mereka berbicara via chat natural apa ngga," kata Febri.