Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Persiapan SDM Litbang Kompas demi Lahirkan Data "Quick Count" Akurat

Kompas.com - 27/06/2018, 10:39 WIB
Sherly Puspita,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak tahun 2007, Tim Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kompas telah memulai proyek hitung cepat (quick count) dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) berbagai provinsi di Indonesia dan pemilihan presiden (Pilpres).

Di awali ketika Pilkada DKI pada 8 Agustus 2007 hingga terakhir Pilkada DKI putaran kedua pada 19 April 2017.

Hasil quick count Litbang Kompas tergolong akurat dengan margin of error tak mencapai 1 persen.

Rabu (27/6/2018) ini Litbang Kompas kembali akan melakukan hitung cepat dalam tiga pemilihan gubernur dan wakil gubernur 2018, yakni Pilkada Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Baca juga: Mengintip War Room Litbang Kompas untuk Quick Count Pilkada 2018

Untuk mencapai akurasi data, Litbang Kompas telah melakukan persiapan sejak Desember 2017. Koordinator Pusat Kendali Litbang Kompas atau kerap disebut sebagai war room (ruang perang) Andreas Yoga mengatakan, proses persiapan itu dimulai dengan kegiatan survei pra-pilkada.

Ia mengatakan, tahapan pra-pilkada dilakukan oleh koordinator wilayah (Korwil) masing-masing provinsi. Korwil itu merupakan peneliti tetap dari Litbang Kompas.

"Survei ini kami bagi dalam tiga tahap. Tahapan pertama kami melakukan mapping koordinator daerah (Korda) kota atau kabupaten. Lalu tahap kedua kami melakukan mapping untuk koordinator lapangan (Korlap)," kata Yoga di Pusat Kendali Litbang Kompas, Palmerah Selatan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu.

Ia mengatakan, Korda dan Korlap merupakan mahasiswa yang telah memiliki pengalaman bekerja sama dengan Kompas untuk melakukan survei.

Yoga melanjutkan, nantinya para Korlap akan merekrut mahasiswa-mahasiswa lainnya untuk menjadi interviewer atau pewawancara di lapangan.

Mahasiswa yang direkrut menjadi pewawancara merupakan mahasiswa berbagai jurusan yang telah melalui proses seleksi oleh tim Litbang Kompas. Biasanya mahasiswa yang dipilih adalah mereka yang telah berpengalaman dalam proses penenelitian dan survei.

Baca juga: Proses Panjang Litbang Kompas untuk Presisi Hasil Quick Count...

"Nantinya satu Korlap membawahi 6 interviewer. Jadi nanti pada saat pemilihan satu interviewer tidak dapat dihubungi maka Korlap harus mem-back up. Kalau Korlap kewalahan maka Korda yang harus mengatasi. Jadi permasalahan di lapangan bisa diatasi dengan baik," ujar dia.

Manager Litbang Kompas Toto Suryaningtyas memaparkan, dalam proyek kali ini, pihaknya mengambil sampel sebanyak 400 tempat pemungutan suara (TPS) tiap provinsi.

Sampel dipilih dengan metode stratified systematic sampling yang tersebar di seluruh daerah.

Quick count kali ini melibatkan banyak tenaga lapangan. Tiap provinsi, akan ada 400 pewawancara, 97 orang koordinator lapangan, dan sembilan orang koordinator wilayah. Jadi, total ada 497 orang yang bekerja di lapangan di tiap provinsi.

Yoga melanjutkan, sebelum hari-H pemilihan, yaitu pada Senin (25/6/2018) lalu tim di lapangan melakukan tes lokasi.

"Saat cek lokasi mereka harus kirim data TPS kemudian contact person TPS. Lalu yang terpenting adalah jumlah DPT (daftar pemilih tetap) untuk kami prediksi. Kami nanti bisa tahu TPS mana yang akan 'pecah telur' duluan, yang DPT sedikit sehingga hasil lebih cepat diketahui," kata dia.

Ia berharap dengan berbagai persiapan ini hasil quick count yang diperoleh hari ini akurat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com