Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Situ di Depok Rata-rata Tercemar Limbah Rumah Tangga

Kompas.com - 27/02/2019, 21:56 WIB
Cynthia Lova,
Dian Maharani

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Dinas Lingkungan Hidup menyebutkan air situ yang ada di Depok sudah dikategorikan tercemar sedang.

Hal itu berdasarkan kajian yang dilakukannya setiap tahun sekali terhadap air situ di Depok melalui kegiatan Daya Tampung Beban Pencemaran (DTBP) di situ, sungai, dan kali.

Kepala Seksi Pengendalian Pencemaran Bidang Pengendalian Pencemaran dan Penaatan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok, Mohammad Isa mengatakan, ditemukan rata-rata pencemaran air situ tersebut berasal dari limbah domestik atau limbah rumah tangga.

"Sebagian besar memang yang mencemari air situ ini adalah limbah domestik, ya sekitar 80 persen lah limbah domestik yang mencemari situ," ucapnya saat dihubungi, Rabu (27/2/2019).

Baca juga: Menengok Situ Pladen Depok yang Akan Direvitalisasi

Adapun air situ ataupun kali yang sudah dikaji oleh Dinas Lingkungan Hidup Depok, yaitu Situ Rawa Kalong, Situ Gadog, Kali Baru, Kali Cijantung, Kali Sugutamu, Kali Laya, Kali Cikumpa, Kali Cabang Tengah, Situ Pladen, Situ Jatijajar, Situ Rawa Besar, Situ Citayam, dan Situ Cilangkap.

Isa mengakui, limbah domestik disebabkan banyaknya masyarakat Depok yang tidak menyadari secara langsung limbah yang dibuangnya dapat membuat air tersebut tercemar.

"Kaya misalkan ya di Situ Rawa Kalong kan di situnya banyak keramba-keramba ikan, nah yang begini kan sebenarnya bisa mencemari air situ itu sendiri,” ucapnya.

Tidak hanya limbah domestik, ia pun menambahkan ada pula sebagian kecil limbah industri yang mencemari situ yang ada di Depok.

“Rata-rata memang limbah domestik, namun tak menutup kemungkinan ada sebagian kecil yang mencemari air situ dengan limbah industri perusahaan pun ada aja, entah itu industri plastik, industri kayu, ya macam-macam,” ucapnya.

Oleh karena itu, pihaknya rutin memberikan sosialisasi kepada masyarakat terkait pentingnya pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk mengendalikan pencemaran.

Menurutnya, masing-masing industri harus memiliki IPAL untuk mengolah limbah yang dihasilkan industri tersebut.

Ia mengatakan, pihaknya terus berupaya agar air-air di situ tersebut tidak tercemar dengan melakukan pengawasan terhadap pengolahan limbah industri-industri yang ada di Depok secara rutin.

“Jadi ya tugas kami di sini kami mengawasi industri mana saja yang air limbahnya mulai mencemari air situ, kami kaji terus kadar airnya. Apabila kadar airnya sudah mulai tidak seperti batas normal ( paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm (part per milliliter) ini akan kami cek industri tersebut, dan kami beri pembinaan,” ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com