Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

327 Pekerja Bantu Proses Pelipatan Surat Suara di KPU Jakarta Barat

Kompas.com - 04/03/2019, 14:05 WIB
Tatang Guritno,
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 327 pekerja dikerahkan untuk membantu Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta Barat melipat dan menyortir surat suara untuk Pemilu serentak 17 April 2019 mendatang.

Ketua KPU Jakarta Barat Cucum Sumardi menyebutkan, saat ini sedang berlangsung proses pelipatan suara DPRD untuk Dapil 9 dan 10.

"Pelipatan kertas surat suara Pilpres dan DPR RI sudah selesai. Hari ini masuk ke pelipatan DPRD Dapil 9 dan 10 yang ditargetkan selesai dalam waktu enam hari," terang Cucum saat dihubungi Kompas.com, Senin (4/3/2019).

Baca juga: Cegah Kecurangan, Pelipatan Surat Suara Diawasi Polisi dan Bawaslu

Sementara itu, Cucum mengaku belum menerima surat suara DPD RI. Ia menyebutkan, surat suara itu baru akan tiba pada Jumat (8/3/2019).

"Belum menerima surat suara untuk DPD RI, dijadwalkan baru datang 8 Maret nanti," ujar Cucum.

Sementara itu, Kasubbag Logistik KPU Jakarta Barat Hilmi Firdaus menjelaskan, proses pelipatan dilakukan dari pukul 08.30 WIB hingga 17.30 WIB.

"Setiap hari rata-rata 600 boks surat suara bisa dikerjakan. Setiap boks dikerjakan dalam waktu 50 menit," katanya.

Dalam proses pelipatan, KPU membagi dua orang menjadi satu kelompok. Masing-masing kelompok rata-rata bisa melipat empat hingga lima boks sehari.

"Rata-rata per hari tiap kelompok bisa melipat sampai empat hingga lima boks. Mereka dibayar Rp 75 per lembar saat pelipatan kertas suara Pilpres dan Rp 110 per lembar untuk DPR dan DPRD," papar Hilmi.

Baca juga: KPU Diminta Cepat Ajukan Diri Jadi Pihak Terkait dalam Uji Materi Pasal Cetak Surat Suara

Dalam proses pelipatan surat suara, Hilmi juga menetapkan beberapa standar. Seperti tidak diperbolehkan membawa makanan dan minuman di area pelipatan hingga dilarang menggunakan atribut partai tertentu.

"Makanan dan minuman disendirikan, nanti pada jam makan baru diambil. Karena kalau enggak begitu nanti bisa tumpah dan mengganggu pelipatan. Mereka juga dilarang pakai atribut partai tertentu," tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Megapolitan
Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

Megapolitan
Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com