Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ayah Perkosa Anak Tiri di Tangsel, Kak Seto Minta Polisi Tindak Tegas Pelaku

Kompas.com - 11/11/2019, 19:51 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi angkat bicara terkait kasus pemerkosaan yang dilakukan S terhadap anak tirinya, H (16), di Ciputat, Tangerang Selatan.

Pria yang akrab disapa Kak Seto itu meminta kepada pihak kepolisian untuk menindak tegas pelaku.

"Kami akan segera kritisi juga kalau polres tidak segera mengambil tindakan tegas terhadap pelaku," ujar Seto saat dihubungi, Senin (11/11/2019).

Seto menyayangkan adanya aksi kekerasan seksual yang terhadi dalam lingkup keluarga itu.

Pasalnya, kota Tangerang Selatan memiliki satgas perlindungan anak di mana korban dapat melapor ke ketua RT atau RW di tempat tinggalnya.

"Kalau di Tangsel itu kan bisa komunikasi langsung dengan Polsek dan Polres atau pengurus RT dan RW punya channel khusus dengan Polsek dan Polres terdekat," turutnya.

Sebelumnya diberitakan, seorang pria berinisial S tega melakukan pemerkosaan terhadap anak tirinya berinisial H (16) yang merupakan warga Ciputat, Tangerang Selatan.

Baca juga: Selama 2 Tahun Ayah Cabuli Anak Tiri yang Masih SD

Aksi bejat tersebut dilakukan sejak korban duduk di bangku sekolah kelas 5 SD atau saat H berusia 12 tahun.

Peristiwa itu dimulai sejak ibu korban meninggal dunia karena penyakit yang dialaminya.

Sejak itu, S mulai melakukan pemerkosaan terhadap korban dan mengancam dengan menggunakan pisau agar tidak bercerita.

Merasa perlakuan terhadap anak tirinya tersebut tak terbongkar, pelaku terus melakukan berulang hingga korban hamil dua kali.

Namun, saat itu korban yang masih usia belia tak mengetahui tanda-tanda kehamilan pertama hingga mengalami keguguran.

Sementara di kehamilan kedua yang terjadi di awal 2019, korban menjaga kandungannya hingga lahir anak perempuan.

Hal tersebut membuat aksi bejad pelaku terkuak.

Ditemani neneknya, korban pun melaporkan ke Polres Tangerang Selatan.

Kini, sudah satu bulan kasus pemerkosaan tersebut berlalu.

Semenjak korban melaporkan kejadian yang menimpanya di Polres Tangerqng Selatan, Jumat (11/10/2019) pelaku belum berhasil diamankan.

Baca juga: Ayah yang Perkosa Anak Tiri di Tangsel Belum Tertangkap, Korban Pertanyakan Kerja Polisi

Dari keterangan polisi, pelaku yang berprofesi sebagai pemulung itu sering berpindah-pindah tempat tinggal sehingga sulit dideteksi keberadaannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Megapolitan
Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Megapolitan
'Update' Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

"Update" Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

Megapolitan
Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Megapolitan
Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Megapolitan
Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Megapolitan
Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Megapolitan
Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin 'Jogging Track'

Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin "Jogging Track"

Megapolitan
Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS untuk Pilkada 2024

KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Bantu Buang Mayat Wanita Dalam Koper, Aditya Tak Bisa Tolak Permintaan Sang Kakak

Bantu Buang Mayat Wanita Dalam Koper, Aditya Tak Bisa Tolak Permintaan Sang Kakak

Megapolitan
Pemkot Depok Bakal Bangun Turap untuk Atasi Banjir Berbulan-bulan di Permukiman

Pemkot Depok Bakal Bangun Turap untuk Atasi Banjir Berbulan-bulan di Permukiman

Megapolitan
Duduk Perkara Pria Gigit Jari Satpam Gereja sampai Putus, Berawal Pelaku Kesal dengan Teman Korban

Duduk Perkara Pria Gigit Jari Satpam Gereja sampai Putus, Berawal Pelaku Kesal dengan Teman Korban

Megapolitan
15 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

15 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com