Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Korban Kecelakaan Bus di Subang Masih Dirawat di RSUI Depok

Kompas.com - 27/01/2020, 17:20 WIB
Sandro Gatra

Editor

DEPOK, KOMPAS.com - Sebanyak delapan korban kecelakaan bus terguling yang membawa rombongan kader posyandu Bojong Pondok Terong, Cipayung, Kota Depok, masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI).

Bus tersebut mengalami kecelakaan tunggal di Turunan Palasari, Subang, Jawa Barat, pada Sabtu (18/1/2020).

Humas RS UI Kinanti mengatakan, dua pasien dari delapan korban yang masih dirawat akan menjalani operasi dalam waktu dekat.

"Ada dua pasien yang direncanakan tindakan operasi," ujar Kinanti pada TribunJakarta.com, Senin (27/1/2020).

Baca juga: Pulang Tamasya, 8 Nyawa Kader Posyandu Melayang di Tanjakan Emen

Kinan berujar, awalnya pihaknya menerima 33 pasien. Satu pasien langsung diperbolehkan pulang lantaran hanya mengalami luka ringan.

Sementara itu, dua pasien lainnya dirujuk ke Rumah Sakit yang lainnya, dan 22 pasien lainnya sudah diperbolehkan pulang setelah menjalani perawatan medis selama beberapa hari di RS UI.

Akibat kecelakaan hebat tersebut sembilan orang warga Depok meninggal dunia.

Berdasarkan hasil olah TKP dengan metode Traffic Accident Analysis (TAA) diketahui penyebab kecelakaan karena sistem pengereman tidak berfungsi.

Dirlantas Polda Jabar Kombes Eddy Djunaedi mengatakan, sistem pengeraman yang tidak berfungsi disebabkan adanya modifikasi yang tidak sesuai dengan spesifikasi.

Pengereman yang tidak sesuai spesifikasi, kata dia, diketahui setelah mendatangkan tim dari APM (Agen Pemegang Merek) Mercedes Benz.

Eddy menjelaskan, modifikasi sistem pengereman yang tidak sesuai dengan pabrikan Mercedes Benz berpengaruh besar terjadinya kecelakaan.

"Komponen tersebut seharusnya terbuat dari pipa besi, namun dimodifikasi menggunakan selang karet dan tidak dilengkapi dengan alat pengunci katup. Sebagai ganti pengunci katup diikat karet dari ban dalam," tuturnya.

Dia menambahkan, olah TKP menggunakan metode TAA bertujuan untuk mengetahui penyebab sebenarnya kecelakaan itu terjadi.

"TAA kita tentukan dari awal keadaan disitu pada saat kejadian dan pada akhir. Selanjutnya kita tentukan kecepatan bus dari sebelum kejadian sampai pada saat kejadian," kata Eddy.

Selain itu, hasil dari metode TAA diketahui bus bergerak dengan kecepatan awal 80 kilometer per jam, kemudian pada saat akhir diketahui kecepatan mencapai 51,50/ km per jam.

Hal tersebut, Eddy menyimpulkan bus melaju kencang, sehingga sopir tak sempat mengerem.

"Tidak ditemukannya jejak pengereman di TKP sepanjang 150 meter yang kita lakukan olah TKP kemarin. Hanya kita temukan bekas split ban," pungkasnya.

 

 

Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul "8 Korban Kecelakaan Bus Subang Masih Jalani Perawatan di RS Universitas Indonesia."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com